Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan mengucurkan subsidi untuk pelaksanaan program Tol Udara tahun ini sebesar Rp21 miliar.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso dalam diskusi di Jakarta, Rabu, mengatakan tol udara tersebut nantinya akan Tol Laut karena selama ini Tol Laut hanya menyentuh di wilayah pesisir, seperti Sentani dan Sorong.

Tol Laut, Agus mengatakan, untuk tahap pertama akan terfokus di wilayah pegunungan Papua, seperti Wamena, Timika, Yahukimo dan Ilaga dan Merauke.

"Jembatan (Tol) Udara akan kita kembangkan jauh dari pusat, terutama Papua, kita tahu begitu ada Tol Laut harga turun 20 persen, tapi itu yang di pesisir saja ke dalamnya disparitas harga masih ada, karena itu kita bagikan atau distribusikan kargo dengan pesawat terbang," tuturnya.

Dalam kesempatan sama, Direktur Angkutan Udara Kemenhub Maryati Karma mengatakan untuk tahap pertama akan diujicoba dipusatkan di tiga tempat, seperti Wamena, Timika dan Dekai.

"Nanti dari Timika ke empat lokasi, Dekai dan Wamena juga sama ke sejumlah lokasi," ucapnya.

Dia mengatakan subsisi senilai Rp21 miliar tersebut akan disesuaikan dengan penambahan trayek ke depannya.

"Kalau ini berhasil, kita tambah tahun depan, kita enggak bisa memberikan dana besar ternyata tidak efisien," imbuhnya.

Saat ini, lanjut dia, pelaksanaannya menunggu payung hukum, yaitu berupa Perpres yang saat ini masih di tingkat Kementerian Koordinator Bidang Maritim.

"Saya kejar terus, mudah-mudahan Semester 1 tahun ini bisa, nanti bisa kita tambah semula seminggu sekali (pengangkutan), menjadi dua minggu sekali," jelasnya.

Untuk operatornya, Maryati akan melakukan lelang kepada maskapai-maskapai swasta.

"Kalau penunjukan langsung kan harus BUMN, nanti jenis pesawatnya disesuaikan, seperti propeller (baling-baling) atau ATR, helikopter juga bisa kalau bisa mengangkut hingga 1,2 ton kargo," katanya.

Sementara itu, Maryati menyebutkan subsidi untuk angkutan perintis tahun ini adalah Rp523 miliar untuk 195 rute penerbangan perintis atau naik dari 2016 sebesar Rp400 miliar.

Dia merinci untuk subsidi angkutan BBM, yaitu Rp43 miliar, sementara untuk kargo Rp21 miliar.

"Dari 209 bandara perintis di 2016, sekarang tinggal 195 bandara, sejumlah bandara yang sudah diterbanhi pesawat komersil dihapus dari subsidi pemerintah," tukasnya.

(J010/C004)

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017