Jakarta (ANTARA News) - Veranda Talk menjadi konsep diplomasi yang digagas Presiden Joko Widodo untuk menyambut tamu istimewa di Istana.

Tidak semua tamu mendapatkan kesempatan emas untuk duduk bercengkerama bersama Presiden Jokowi di beranda belakang Istana Merdeka itu.

Melalui veranda talk, Jokowi seakan ingin menunjukkan kepada publik tentang kedekatan dan kehangatan hubungan dengan tamu pilihannya.

Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi salah satu tamu di veranda istana Jokowi.

Maka Veranda Talk bersama Ketua Umum Partai Demokrat itu pun seakan mengakhiri polemik panjang yang berlangsung antara Jokowi-SBY beberapa saat lalu.

Sinyalemen positif pun mulai tampak pasca-pertemuan itu hingga suhu politik di Tanah Air pun diharapkan semakin menurun.

Istana melalui Sekretaris Kabinet Pramono Anung merespon pertemuan itu dengan optimistis sebagai pertemuan yang memberikan sinyal positif bagi perpolitikan bangsa.

"Mudah-mudahan memberikan sinyal positif bagi siapa pun karena apa pun Presiden Jokowi, Pak SBY presiden 10 tahun tentu ada pekerjaan bersinggungan dalam pemerintahan itu," kata Pramono Anung.

Kecanggungan
Meski bukan mudah baik bagi Jokowi maupun SBY untuk mencairkan suasana canggung antara keduanya, namun mereka tampak berusaha sekuat tenaga untuk menghadirkan keakraban di veranda.

Melepas rasa canggung setelah berbagai peristiwa termasuk miskomunikasi dan misinformasi yang terjadi memang bukan sesuatu yang mudah.

Hampir dua setengah tahun sejak terakhir bertemu sehingga wajar jika keduanya sempat terjebak pada kekakuan bertingkah laku.

Setelah hampir setengah jam berada di dalam Istana Merdeka maka keduanya melangkah menuju veranda istana dan tersenyum kepada awak media yang telah lama menantinya.

Secangkir teh hangat dan lumpia jakarta menemani obrolan santai mereka di siang yang terik itu.

Tak butuh waktu lama bagi Jokowi kemudian memanggil awak media untuk mendekat dan tidak bisa dipungkiri bahwa hal itu menjadi kejutan yang cukup membuat kaget SBY.

Sewaktu menjabat sebagai presiden, SBY tidak terlampau terbiasa untuk melakukan wawancara secara "doorstop" sebagaimana yang kerap dilakukan oleh Jokowi.

Meski begitu ia tak menolak untuk melayani permintaan wawancara tak terarah dan tanpa skenario apapun.

SBY bahkan berbicara lebih panjang ketimbang sang tuan rumah yang terlebih dahulu menyampaikan pengantar.

Presiden ke-6 itu menyatakan sangat bersyukur dan bergembira karena Jokowi telah menyediakan waktu khusus untuk pertemuan itu.

Menurut SBY pertemuan itu telah lama digagas dan dirancang hingga teralisasi sehingga kini tidak ada lagi kesalahpahaman di antara dirinya dengan Jokowi.

"Insya Alloh, Insya Alloh saya senang sekali saya bisa menjelaskan, beliau mendengar dengan seksama saya juga mendengar dari beliau. Alhamdulillah ini awal yang baik karena tidak baik kalau ada miskomunikasi dan misinformasi di antara beliau dan saya ataupun di antara kami-kami yang pernah memimpin negeri ini," kata SBY.

Kedewasaan Berpolitik
Pertemuan dua bapak bangsa itu sejatinya menjadi momentum yang mahapenting untuk menghilangkan distorsi-distorsi informasi yang bersifat politis yang selama ini terjadi di antara keduanya.

Veranda Talk antarkeduanya sekaligus menjadi simbol kedewasaan berpolitik dan menutup kemungkinan adanya pihak-pihak yang ingin membenturkan keduanya untuk kepentingan tertentu.

Maka konflik yang berpotensi mengganggu jalannya pemerintahan pun ke depan bisa diminimalisasi pasca-pertemuan itu.

Meski tidak terelakkan bahwa kedatangan SBY ke istana tidak terlepas dari agenda politik tertentu tetapi sikap ksatrianya untuk hadir menemui Presiden Jokowi layak diapresiasi.

Ia sempat menegaskan bahwa kedatangannya ke Istana lebih pada peran dirinya sebagai mantan presiden sehingga tidak masuk ke ranah yang bersifat politis.

Sementara Jokowi sendiri tidak banyak mengungkap perihal apa saja yang dibicarakannya dengan SBY.

"Berbicara banyak hal baik yang berkaitan dengan politik nasional, ekonomi nasional, namanya diskusi kan banyak hal dan hal yang lainnya," kata Jokowi.

Pembicaraan keduanya yang serius memang tak diungkap seluruhnya ke publik namun pertemuan itu menjadi ajang untuk tabayyun; saling menjelaskan, saling konfirmasi sehingga tak ada lagi kecurigaan apapun.

Hingga makan siang yang telah disiapkan pun tak tersentuh lantaran begitu terbatasnya waktu dan saking seriusnya pembicaraannya.

Tetapi simbol kedewasaan politik tetap saja tampak, mencairkan suhu politik di Tanah Air menjadi kian kondusif melahirkan Indonesia yang semakin baik.

Oleh Hanni Sofia Soepardi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017