Beijing (ANTARA News) - Lebih dari 20 ribu pengungsi Myanmar menyeberang ke China setelah pertempuran meletus antara militer Myanmar dan kelompok pemberontak beberapa hari lalu, menurut keterangan Beijing, Kamis (9/3).

Geng Shuang, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan dalam konferensi pers pada Kamis bahwa warga Myanmar ditawari bantuan kemanusiaan "untuk sementara menghindari perang".

Pertempuran terjadi di Negara Bagian Shan, yang sudah beberapa kali dilanda pertempuran sengit antara militer Myanmar dan milisi etnis minoritas sejak November tahun lalu, yang merusak upaya perdamaian oleh pemerintah.

Pertempuran kali ini menimbulkan kekhawatiran mengenai terulangnya peristiwa pada 2015 ketika pengungsi berbondong-bondong menyeberangi perbatasan ke China sehingga menimbulkan ketegangan dengan Beijing.

China menyerukan gencatan senjata dan agar pihak-pihak yang terlibat konflik untuk menahan diri guna "mencegah eskalasi lebih jauh dan mengambil langkah-langkah praktis dan efektif untuk mengembalikan perdamaian dan stabilitas di daerah perbatasan," ujar Geng kepada awak media.

Ia mengatakan peluru dan senjata artileri memasuki wilayah China sehingga melukai seorang warga China dan merusak sejumlah properti.

Sedikitnya 36 orang tewas akibat serangan menjelang fajar, Senin, oleh Tentara Aliansi Demokrasi Suku Bangsa Myanmar (MNDAA) terhadap pos polisi dan militer di Laukkai, ibu kota daerah Kokang.

Banyak kelompok pemberontak di daerah perbatasan memiliki ikatan kebudayaan yang erat dengan China. Mereka menuturkan dialek dari bahasa-bahasa di China dan menggunakan mata uang yuan, demikian AFP.  (ab/)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017