Jakarta (ANTARA News) - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Persero mencari investor pembangunan PLTU 2 x 350 MW dalam rangka pengembangan smelter aluminium di Kuala Tanjung, Provinsi Sumatera Utara.

"Studi kelayakan proyek pembangunan PLTU 2 x 350 MW telah selesai. Kami mencari mitra, bisa skema konsorsium membentuk perusahaan patungan (JV), atau dalam bentuk kerja sama operasi (KSO)," kata Direktur Utama Inalum Winardi Sunoto di Jakarta Senin.

Menurut Winadri untuk mendukung proses peleburan aluminium secara terus-menerus selama 24 jam, dibutuhkan PLTU yang handal dengan tingkat rata-rata availability 90 persen dan reliability 94 persen dengan teknologi ramah lingkungan sesuai regulasi di Indonesia dan dunia internasional.

Sejalan dengan selesainya studi kelayakan, Inalum sedang mengejar penyelesaian aspek perizinan dan lahan, untuk perizinan kami telah mendapatkan izin prinsip dari Bupati Batubara dan BKPM.

Saat ini izin lingkungan dan lokasi sedang dalam proses pengurusan dan diharapkan akan selesai pada triwulan pertama tahun 2017.

"Kami siap menjadi "off taker" dimana power plant dibangun oleh pihak lain di atas lahan yang telah kami persiapkan dengan skema BOT (Build, Operation & Transfer) atau option lain yang saling menguntungkan," papar Winardi.

Ia menjelaskan keberadaan PLTU ini penting bagi Inalum sebagai sumber energi baru untuk meningkatkan kapasitas produksi aluminium dari 250.000 ton menjadi 500.000 ton per tahun pada tahun 2021.

PLTU tersebut penting dalam menghasilkan listrik yang akan disalurkan kepada klaster industri aluminium atau Kawasan Industri Kuala Tanjung dengan skema alternatif yang saat ini sedang dijajaki.

Dengan mempertimbangkan proyeksi keuntungan dari harga komoditas aluminium yang dihasilkan, dimana saat ini harga aluminium di pasar Internasional (London Metal Exchange) terus membaik.

Untuk pengembangan primary aluminium smelter, Inalum membutuhkan energi listrik tambahan sebesar 350 MW dengan harga 4 sen dolar AS/Kwh dengan tetap ditopang dengan kapasitas 2 PLTA Inalum di Toba Samosir dan Asahan untuk existing smelter.

Inalum adalah satu-satunya perusahaan yang smelter aluminium di Indonesia. Sejak menjadi BUMN termuda pada tahun 2013, Inalum melakukan ekspansi bisnis hingga 1 juta ton aluminium/tahun dengan Sumatera Utara dan Kalimantan Utara sebagai "backbone" bisnisnya secara terintegrasi dari hulu hingga ke hilir.

Kuartal pertama 2017, Inalum diamanahkan pemerintah menjadi induk holding BUMN pertambangan, akan mulai masuk di bisnis hilir yang lebih bernilai tambah dengan memproduksi alloy dan billet.

"Prestasi ini menjadi daya tarik bagi para investor untuk bermitra dengan kami guna ekspansi bisnis kami, khususnya dalam hal power plant dalam memenuhi kebutuhan listrik yang besar untuk industri aluminium," kata Winardi.

(R017/H007)

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017