Sekarang di negara mana ada tokoh teroris sekaliber Ali Imron, Abu Dujana, dan Zarkasih bisa diajak dialog oleh otoritas pemerintah yang mereka nilai thogut? Itu juga fakta keberhasilan deradikalisasi."
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Hamidin menyatakan deradikalisasi manjur untuk menekan dan mengurangi aksi terorisme.

"Faktanya memang demikian," kata Hamidin di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan dulu para teroris bisa membuat bom seberat 1,2 ton saat terjadi Bom Bali. Mereka juga berani melakukan bom bunuh diri.

Sekarang, lanjut dia, dari beberapa aksi teror, seperti di Jalan Thamrin Jakarta, di Samarinda, dan di Bandung, mereka hanya bisa membuat bom dengan daya ledak rendah.

"Itu artinya, apa yang kami lakukan dengan program deradikalisasi berhasil mengurangi tingkat radikal para teroris sehingga nyali mereka sekarang makin ciut," katanya.

Sejak BNPT berdiri tahun 2010, kata dia, sudah ratusan napi terorisme yang berhasil direhabilitasi dan diresosialisasi ke masyarakat. Mereka kini aktif membantu pemerintah dalam menjalankan program-program pencegahan terorisme melalui dakwah, diskusi, dan berbagai aktivitas kemasyarakatan.

Mereka itu antara lain Ali Imron, Ali Fauzi, Abdurrahman Ayyub, Abu Dujana, Khaerul Ghazali, Abu Tholut, Tony Togar, Zarkasih, Sofyan Sauri.

Umar Patek yang kepalanya pernah dihargai Rp5 miliar oleh Amerika Serikat kini juga sudah bertobat siap mendedikasikan sisa hidupnya untuk menjaga perdamaian di Indonesia.

"Sekarang di negara mana ada tokoh teroris sekaliber Ali Imron, Abu Dujana, dan Zarkasih bisa diajak dialog oleh otoritas pemerintah yang mereka nilai thogut? Itu juga fakta keberhasilan deradikalisasi," kata Hamidin.

Ia mengakui dari ratusan bahkan ribuan napi terorisme yang menjalani deradikalisasi ada juga faktor kegagalannya, tapi tidak banyak. Selain itu, mereka yang kembali beraksi itu pemahaman radikalnya tidak sekuat dulu.

"Buktinya pelaku bom Bandung dan Samarinda tidak berani melakukan bunuh diri. Itu tandanya pemahaman jihad mereka sudah menurun karena takut mati. Dan itu buah dari deradikalisasi," kata Hamidin.

Karena itu, kata dia, deradikalisasi harus dilanjutkan dan ditingkatkan kualitasnya dengan berbagai inovasi sesuai dengan perkembangan yang terjadi.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017