Jakarta (ANTARA News) - Badan Karantinan Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian menyatakan dunia mengakui Indonesia mampu mengendalikan flu burung terbukti produk unggas nasional mampu menembus pasar internasional.

Hal itu dikatakan Sekretaris Barantan, Sujarwanto di Jakarta, Selasa menanggapi ekspor perdana sebanyak 5.999,25 Kg dalam 1.000 karton produk ayam olahan milik PT Charoen Pokphand Indonesia ke Papua Nugini(PNG).

"Dengan ekspor perdana ini ada yang sangat penting yaitu Indonesia telah diakui dan mampu mengendalikan AI (flu burung), mampu memenuhi kebutuhan keamanan pangan dan kebutuhan global," ucapnya.

Sebelumnya pada Senin (13/3) lalu Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Kementerian Pertanian (Kementan), Mat Syukur melepas ekspor perdana PT CPI sebanyak 5.999,25 Kg dalam 1.000 karton produk ayam olahan milik ke Papua Nugini (PNG).

Produk ayam olahan tersebut kembali diekspor setelah vakum sejak 2003 saat terjadi wabah flu burung di Indonesia.

Badan Karantina Pertanian (Barantan) selaku penjamin kesehatan dan keamanan produk hewan, telah melakukan berbagai pemeriksaan fisik dan tindakan karantina lainnya sesuai persyaratan yang diminta negara tujuan.

Selanjutnya produk tersebut akan dikapalkan melalui pelabuhan Tanjung Priok pada 14 Maret 2017.

Petugas karantina telah memberikan sertifikat sanitasi produk hewan (KH.10) sebagai bukti persyaratan teknis kesehatan, aman dan keutuhan.

Ekspor perdana ayam tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan karantina Indonesia dan karantina PNG terkait dengan protokol tindakan karantina tentang pemasukan dan pengeluaran produk pangan dan pertanian ke dua negara tersebut.

Sujawanto menyatakan, ekspor tersebut memperkuat ekonomi dalam negeri, dan di sisi lain memanfaatkan peluang pasar diluar. Menurut dia, Indonesia juga sudah mengekspor telur tetas dan burung walet.

"Ini membuktikan kita mampu mengendalikan virus AI sementara di negara lain masih dalam proses mengendalikan virus tersebut," tuturnya.

Kasus merebaknya flu burung tahun 2003, telah menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia. Karena berakibat pada perekonomian bahkan kesehatan manusia yang dapat tertular penyakit Avian Influenza (AI) atau flu burung (zoonosis).

Selama Indonesia masih belum bisa mengendalian virus tersebut, selama itu Indonesia akan terkekang dari ekonomi dagang unggas.

Pasalnya, sejak memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia belum bisa mengekspor hasil unggas karena belum dinyatakan bebas dari virus AI.

Sejak 2016, Kementan mencatat tentang keberhasilan dalam mendorong ekspor telur ayam tetas ke Myanmar sebanyak 450,128 ton, selain itu, ekspor sarang walet sebanyak 19,39 ton dengan nilai 7,5 miliar dolar AS telah masuk ke Cina.

(S025/C004)

Pewarta: Subagyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017