Beijing (ANTARA News) - Ketegangan politik China dengan Taiwan mempengaruhi sejumlah kerja sama bidang standar keamanan, yang mengakibatkan impor kosmetik dan makanan dalam jumlah besar dihentikan memasuki China, kata kepala pengawas keamanan China, Selasa.

China menganggap Taiwan provinsi membangkang, yang harus dikuasai kembali dengan kekerasan jika perlu, walaupun Taiwan -yang berideologi Demokrasi- tidak memiliki keinginan dikuasai China, yang otokratik.

China sangat mencurigai Presiden Taiwan Tsai Ingwen, yang menjabat sejak tahun lalu, meyakini bahwa dia ingin mendorong kemerdekaan negara tersebut, yang menjadi peringatan bagi Beijing. Namun, Tsai mengatakan ingin mempertahankan perdamaian dengan China.

Beijing memutus komunikasi resmi dengan Taipei karena Tsai menolak menerima pandangan China terhadap wilayahnya, yang dianggap bagian China dan memberi tekanan diplomatik dan ekonomi terhadap pulau itu, yang menggantungkan ekonominya pada perdagangan tersebut.

Kepala Pengawasan Mutu China Zhi Shuping mengatakan pada pewarta di sela-sela pertemuan tahunan parlemen China bahwa meskipun kosmetik dan makanan impor tidak dihitung sebagai persentase besar impor China dari Taiwan, sejumlah besar impor produk tersebut tidak memenuhi standar.

"Pada awalnya, kami memiliki banyak kerja sama, namun sekarang sudah terhambat. Beberapa informasi tidak selancar sebelumnya," tutur Zhi merujuk pada masa setelah Tsai menjabat.

"Semua akan membaik jika Taiwan menyetujui konsensus 1992," katanya menambahkan.

Konsensus 1992, yang disetujui pemerintahan nasionalis pro-China, mengakui Taiwan dan China sebagai bagian dari kesatuan China, tetapi memungkinkan kedua belah pihak menafsirkan siapa yang berkuasa.

"Komunikasi akan lebih lancar, kami semua milik China dan darah kami lebih kental daripada air," kata Zhi.

Pasukan Nasionalis yang kalah melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 setelah kalah dalam perang saudara melawan pihak Komunis.

Beberapa perusahaan Taiwan juga tidak benar-benar memahami standar China, kata Zhi, dan standar kualitas Taiwan sendiri memiliki titik lemah dan celah.

"Kami menerima umpan balik di setiap gelombang pengiriman, namun perbaikan tidak cukup baik," katanya.

"Kami memperlakukan semua orang di dunia dengan sama berkaitan dengan keamanan. Saudara adalah saudara, namun prinsip tetaplah prinsip. Bukan hanya karena mereka adalah saudara bukan berarti kami memudahkan," kata Zhi menegaskan.

Banyak skandal keamanan barang buatan China, yang terus terjadi, mulai dari susu formula bayi, yang tercemar, daging busuk, hingga beras palsu, pasta gigi beracun, menyebabkan konsumen di seluruh dunia terganggu, termasuk Taiwan, demikian Reuters.

(R029/B002) 

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017