Beijing (ANTARA News) - Perdana Menteri China, Li Keqiang, Rabu, mengatakan, Beijing tidak ingin menyaksikan perang dagang dengan Amerika Serikat dan meminta kedua pihak berunding menyelesaikan perkara.

"Kami tidak ingin menyaksikan ada perang dagang antara kedua negara, yang tidak akan membuat pertukaran barang menjadi seimbang," kata Li, dalam konferensi pers tahunan.

"Kami dari China berharap, hubungan dengan Amerika Serikat bisa terus bergerak ke arah yang positif," kata dia.

"Kedua negara memang mempunyai metode statistik yang berbeda, namun kami percaya perbedaan itu bisa selesai dengan berunding bersama-sama untuk mencapai solusi," kata Li.

Media di Amerika Serikat melaporkan bahwa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden China, Xi Jinping, akan bertemu di Florida pada bulan depan.

Trump berulang kali mengecam Beijing untuk sejumlah persoalan, dari perdagangan sampai ke sengketa wilayah Laut China Selatan.

Saat berkampanye sebelum terpilih menjadi presiden, Trump juga sempat menyebut China sebagai manipulator nilai mata uang dan mengancam akan menerapkan tarif impor yang besar bagi barang-barang asa China.

Hingga saat ini Trump masih belum memenuhi janji itu.

Perdagangan antara Amerika Serikat dan China memang tidak seimbang. Neraca menunjukkan Beijing punya surplus sebesar 366 milyar dolar Amerika Serikat pada 2015 lalu.

Bulan Februari, Trump untuk pertama kali bertemu muka dengan salah satu pemimpin senior dari Beijing, Yang Jeichi, kepala urusan luar negeri yang posisinya lebih tinggi dibanding menteri luar negeri.

Sementara itu Li mengklaim, hubungan antara China dengan Amerika Serikat dibangun atas dasar kesepahaman kebijakan "satu China", di mana Washington mengakui Taiwan sebagai bagian dari negara itu.

"Kebijakan 'satu China' masih tidak tergoyahkan meski situasinya telah berubah. Fondasi tidak boleh terancam," kata dia.

Pada bulan Desember tahun lalu, Trump sempat memicu kemarahan Beijing karena berbicara langsung lewat sambungan telepon dengan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen. Dia juga mengatakan, Amerika Serikat tidak terikat dengan kebijakan "satu China" dan akan meninggalkan itu jika berdampak positif bagi neraca perdagangan.

Namun beberapa saat kemudian setelah berbicara dengan Xi lewat telepon, Trump menarik ucapannya dan akan menghormati kebijakan "satu China".

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017