Kabul, Afghanistan (ANTARA News) - Satu bom mobil bunuh diri meledak di dekat pangkalan militer di provinsi Kost, Afghanistan, pada Jumat, sehingga menewaskan satu orang tentara dan melukai beberapa orang lainnya.

Bom bunuh diri itu kemudian diikuti oleh serangan empat pria bersenjata yang berhasil diatasi oleh tentara, demikian keterangan kepala distrik setempat.

Ledakan, yang terjadi 50 meter dari gedung pangkalan, terdengar sampai beberapa kilometer dan menimbulkan kerusakan pada bangunan toko, rumah, dan sekolah di sekitar, kata Akbar Zadran, kepala distrik Sabari, kepada Reuters.

Empat orang pria bersenjata kemudian menyerang pangkalan tersebut. Namun mereka akhirnya tewas setelah satu jam terlibat tembak-menembak dengan tentara, kata Zadran.

Baca juga: (Bom taliban di Afghanistan tewaskan setidaknya 21 orang)

Dalam pernyataan tertulis, kelompok bersenjata Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dan merasa berhasil karena menimbulkan kerusakan besar. Gerakan yang ingin mendirikan negara Islam itu sering melebih-lebihkan kerusakan yang ditimbulkan oleh operasi mereka.

Pada pekan lalu, sebuah serangan juga terjadi di pangkalan angkatan udara di provinsi yang sama. Dua operasi bersenjata itu terjadi menjelang pertempuran di musim semi, di mana gerilyawan Taliban dan tentara pemerintah sama-sama saling meningkatkan intensitas serangan.

Pemerintah Afghanistan saat ini hanya menguasai kurang dari 60 persen wilayah di negara sendiri. Para gerilyawan dari sejumlah kelompok yang berbeda kini berhasil mengingkatkan daerah kekuasaan, terutama setelah pasukan NATO mengakhiri misi pertempuran mereka sejak akhir 2014 lalu.

Sejumlah pejabat Amerika Serikat dan Afghanistan sudah memperingatkan akan naiknya intensitas pertempuran pada tahun ini, di tengah gencarnya upaya Taliban untuk memperluas pengaruh mereka.

Baca juga: (Empat tewas, tiga luka dalam serangan bom truk di Kabul)

Misi utama Taliban saat ini adalah mengusir tentara asing yang masih bertahan di Afghanistan, menggulingkan pemerintahan yang dinilai hanya menjadi boneka Amerika Serikat, dan menerapkan kembali syariat Islam yang pernah mereka berlakukan saat berkuasa tahun 2001 lalu.

Kepala pusat komando Amerika Serikat, Jenderal Joseph Votel, pada bulan ini meminta pemerintah di negaranya menambah tentara untuk bergabung dengan 8.400 personil yang saat ini sudah berada di Afghanistan.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017