Padang (ANTARA News) - Remaja menjadi pihak yang paling disasar industri rokok. Ini dinyatakan LSM Ruang Anak Dunia (Ruandu) Foundation.

"Ini terlihat dari gencarnya produsen rokok beriklan di sekitar lingkungan sekolah, bahkan berdasarkan temuan di Padang 85 persen sekolah dikepung oleh iklan rokok," kata Ketua LSM Ruandu Foundation, Muharman, di Padang, Jumat.

Menurut dia, produsen rokok menggunakan dua strategi khusus untuk membidik remaja yaitu beriklan secara gencar di tempat anak muda berkegiatan dan menjual rokok dengan harga murah kepada pelajar.

Ia melihat beriklan secara masif di sekitar sekolah dilakukan perusahaan rokok dengan agresif karena dari pengamatan hampir semua area sekolah mulai dari tembok, jalan depan sekolah hingga warung dibombardir iklan rokok.

Padahal berdasarkan Permendikbud Nomor 64/2015 tentang Sekolah Sebagai Kawasan Tanpa Rokok telah dinyatakan tidak boleh ada iklan dan promosi rokok di sekitar sekolah.

"Bahkan menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, dalam radius 300 meter harus bebas dari promosi rokok," ujarnya.

Jika tidak diantisipasi maka anak-anak dan remaja yang terpapar iklan rokok terus-menerus akan berpotensi jadi perokok.

Ia juga menilai produsen rokok sengaja menjebak anak muda menjadi perokok dengan cara menjual murah.

"Lihat saja di spanduk rokok akan ditemukan tulisan Rp1.000 per batang, bahkan ada pemilik warung yang menerima uang dari industri rokok untuk memasang spanduk tersebut," katanya.

Oleh sebab itu ia mendesak agar pelarangan iklan rokok diberlakukan di Padang untuk melindungi generasi muda dari bahaya rokok.

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017