Kupang, NTT (ANTARA News) - Fenomena alam equinox 2 --di antaranya siang dan malam yang persis sama waktu tempuhnya-- berlangsung normal dan dampaknya tidak dirasakan warga di NTT. Temperatur udara dilaporkan antara 32-36 derajad Celcius.          

"Dampak equinox belum dirasakan masyarakat," kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kupang, Hasanuddin, di Kupang, Senin.

Fenomena astronomi itu terjadi ketika Matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada 20-21 Maret dan 23 September tahun berjalan.

Artinya, equinox bukanlah gelombang panas yang pernah terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama.

"Sehingga tidak perlu dikhawatirkan apalagi seperti isu yang beredar bahwa pada saat kejadian suhu udara di Indonesia akan mencapai 40 derajat Celcius," katanya.

Hal tersebut terbukti, temperatur udara di Indonesia umumnya dan khususnya di NTT masih normal, kecuali hujan yang turun tiba-tiba dengan intensitas sedang hingga lebat dan berlangsung tidak lama (kurang lebih 30 menit) disertai petir atau kilat.

"Saat fenomena ini berlangsung di luar, bagian Bumi hampir relatif sama, termasuk wilayah yang berada di subtropis bagian Utara maupun Selatan," katanya.

Keberadaan fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, dimana rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-36 derajat Celcius.

Menyikapi fenomena tersebut, BMKG mengimbau masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan dampak equinox seperti isu yang berkembang yakni suhu akan mencapai 40 derajat Celsius.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017