Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah orang dari berbagai elemen masyarakat yang bersolidaritas atas perjuangan penolakan pendirian dan pengoperasian pabrik semen PT Semen Indonesia di kawasan Pegunungan Kendeng pada Selasa malam menggelar tabur bunga untuk mendiang, Patmi (48), salah satu peserta aksi #DipasungSemen2 yang meninggal dalam perjuangannya.

Tabur bunga tersebut menjadi acara penutup dari rangkaian doa bersama dan refleksi yang digelar segenap masyarakat solidaritas perjuangan Kendeng di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta, Selasa, sejak pukul 19.00 WIB.

Tabur bunga dilakukan di petilasan dadakan yang disusun di dalam kantor YLBHI, tepatnya di titik terakhir kali mendiang Patmi dibaringkan sebelum dibawa ke RS St. Carolus Salemba, Selasa dini hari.

Di antara peserta doa bersama dan refleksi, terdapat perwakilan masyarakat petani dari Serikat Tani Teluk Jambe Bersatu, Karawang, Jawa Barat, yang turut menyampaikan duka cita sekaligus menyemangati perjuangan seluruh masyarakat tani atas perlakuan tak adil yang mereka dapatkan dari pemerintah.

"Duka Kendeng, duka petani Indonesia. Kami petani Karawang turut berduka cita atas meninggalnya Bu Patmi, tapi Bu Patmi tidak pergi, ia hanya beristirahat sejenak," kata Sekretaris Serikat Tani Teluk Jambe Bersatu, Madhari (47), dalam kesempatan bicaranya.

Madhari juga mengingatkan agar kepergian Patmi tidak lantas meluluhkan semangat juang masyarakat tani pada umumnya dan khususnya masyarakat kawasan Pegunungan Kendeng.

"Kami sedih, tetapi di waktu bersamaan kami juga bangga atas perjuangan Bu Patmi," kata Madhari.

Sementara itu Peneliti dari Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Universitas Paramadina, Ali Nursahid, menyebut gerakan masyarakat Pegunungan Kendeng sebagai gerakan yang hangat dan merangkul.

"Gerakan ini gerakan yang tidak pernah menganggap lawan sebagai musuh, sehingga ia bahkan bisa meluluhkan orang-orang yang sebelumnya berada di pihak lawan malah jadi mendukung," kata Ali.

"Sejak 2005 saya bersentuhan ini gerakan yang hangat dan merangkul, itu yang saya rasakan," ujarnya menambahkan.

Sebelumnya, Patmi (48), yang bergabung dalam aksi #DipasungSemen2 sejak 16 Maret 2017 itu cor kakinya dilepas pada Senin (20/3) malam sekira pukul 23.00 WIB di kantor YLBHI selepas kesepakatan untuk mengubah cara aksi seusai sejumlah perwakilan peserta aksi diterima Kepala Kantor Staf Presiden, Teten Masduki, pada Senin (20/3) sore.

Mendiang Patmi mengeluh kesakitan setelah mandi sekira pukul 2.30 WIB Selasa dan segera dilarikan ke RS St. Carolus Salemba, namun meninggal dalam perjalanan dan oleh pihak rumah sakit dinyatakan meninggal mendadak sekira pukul 2.55 WIB.

Jenazah Patmi sudah dibawa pulang ke Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Pati, unuk dikebumikan di kampung halamannya yang ia perjuangkan tersebut.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017