Jakarta (ANTARA News) - Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) mencatat peningkatan pesat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dalam 25 tahun terakhir.

"Dengan peringkat 113 dari 188 negara, Indonesia merupakan salah satu negara dengan peningkatan IPM terbaik di kawasan Asia Pasifik," ujar Direktur UNDP Indonesia Christophe Bahuet dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.

IPM Indonesia, yang tercatat 0,712 untuk laki-laki dan 0,66 untuk perempuan 0,66 pada 2016, mengalami peningkatan dengan dorongan kenaikan pendapatan per kapita hingga 135,4 persen, peningkatan angka harapan hidup hingga lima sampai delapan tahun antara 1990-2015, serta bertambahnya rata-rata lama bersekolah hingga 4,6 tahun.

Meski maju pesat, UNDP menyatakan, peningkatan IPM 2016 tidak menggambarkan situasi yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat, yang biasanya jauh lebih kompleks.

Di Indonesia menurut UNDP masih ada 140 juta penduduk yang hidup dengan biaya kurang dari Rp20 ribu per hari dan 19,4 juta penduduk yang kekurangan gizi.

Di bidang kesehatan, masih ada dua juta anak di bawah usia satu tahun belum menerima imunisasi lengkap dan angka kematian ibu tercatat 305 per 100 ribu kelahiran hidup.

"Deprivasi lain juga terlihat dari akses ke layanan dasar di mana hampir lima juta anak tidak bersekolah dengan anak-anak di Papua memiliki tingkat drop out tertinggi," kata Christophe.

Di setiap negara, termasuk Indonesia, ada kelompok-kelompok yang tertinggal dari kelompok lain karena banyak faktor, salah satunya kesenjangan gender dan kurangnya pemberdayaan perempuan.

Menurut Penasihat Program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) UNDP Indonesia, Ansye Sopacua, pengabaian terhadap perempuan akan berakibat pada risiko yang menurunkan IPM seperti rendahnya partisipasi sekolah, akses perawatan kesehatan tidak memadai, dan rendahnya partisipasi kerja.

Indeks pembangunan gender Indonesia tercatat 0,9; dengan perempuan Indonesia yang menempuh pendidikan hingga sekolah menengah sebesar 42,9 persen dibandingkan laki-laki 51,7 persen. Sementara angka partisipasi kerja perempuan cuma 50,9 persen, terpaut jauh dari partisipasi laki-laki yang 83,9 persen.

"Kalau sudah setara, pembangunan gender akan menunjukkan indeks 1. Kesenjangan gender ini tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang, tetapi negara seperti China pun indeks pembangunan gendernya belum 1," ungkap Ansye.

Agar pembangunan manusia menjangkau setiap penduduk, UNDP mengusulkan empat strategi di tingkat nasional dan daerah, di antaranya kebijakan umum untuk menjangkau kelompok tertinggal, dan langkah-langkah spesifik untuk kelompok dengan kebutuhan khusus, dalam hal ini perempuan.

Selanjutnya, menurut UNDP, pemerintah harus memastikan ketahanan dalam pembangunan manusia dan memberdayakan kelompok tertinggal.

"Sebenarnya banyak di antara strategi tersebut yang sudah terefleksikan dalam Nawacita melalui kebijakan publik yang diterapkan pemerintah, tetapi implementasi kebijakan-kebijakan tersebut dari tingkat pusat hingga daerah masih harus ditingkatkan lagi," kata Ansye.


Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017