Nanti, 100 kapal yang dibuat ini akan diberikan kepada pemerintah-pemerintah daerah, yayasan-yayasan, dan sebagainya agar mereka memiliki kapal yang baru dan bagus untuk mendukung pelayaran rakyat."
Semarang (ANTARA News) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan rencana kementeriannya memesan sebanyak 100 kapal angkut dari industri-industri galangan lokal, termasuk yang ada di Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

"Saya dengar di Juwana ini termasuk jagoannya bikin kapal. Ternyata, kapalnya bagus, dari kayu merbau. Pengerjaannya juga bagus," katanya, saat meninjau Industri Galangan Kapal Bumirejo di Juwana, Pati, Kamis.

Menurut dia, industri galangan kapal berskala kecil yang banyak berkembang di Juwana, Pati, merupakan kearifan lokal yang tidak banyak bisa ditemui di daerah lain karena membutuhkan kemampuan dan keterampilan khusus.

Ia menginginkan keberadaan industri galangan kapal yang dikembangkan masyarakat sekitar semakin dihidupkan lagi, salah satunya dengan pemesanan untuk membuat kapal angkut yang bisa dipakai melayani pelayaran rakyat.

"Tidak banyak yang bisa begini. Di Kalimantan, Sulawesi, permintaannya pun sudah kurang, dan bergeraknya ke sini (Juwana, red.). Selama ini, mereka juga sudah dapat cukup banyak pesanan kapal dari masyarakat," katanya.

Untuk spesifikasi kapal yang akan dipesan, kata dia, berkapasitas 35 gross tonnage (GT) yang dari perhitungan harga dari pemilik Galangan Kapal Bumirejo diperkirakan harganya mencapai sekitar Rp2 miliar/unitnya.

"Size-nya memang sekitar 35 GT, atau mungkin lebih kecil lagi. Ini kapal untuk mengangkut logistik, bukan kapal penangkap ikan. Ya, tujuannya agar konektivitas logistik antarpulau menjadi lebih lancar," kata Budi.

Dengan pemesanan 100 kapal angkut, kata dia, industri galangan kapal yang ada di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Juwana akan berkembang semakin baik, sebab kompetisi di era sekarang ini sangatlah ketat.

"Kalau mereka ini dibiarkan tidak akan bisa bersaing, industri modern duitnya banyak. Jadi, nanti industri kapalnya tumbuh, pelayaran rakyat berkembang bagus, dan konektivitas logistik juga menjadi lebih lancar," katanya.

Untuk pemesanan 100 kapal angkut itu, kata dia, rencananya akan disiapkan sistem tender, namun dipastikan industri-industri galangan kapal yang digandeng adalah kalangan lokal karena menyesuaikan dengan kearifan lokal.

"Nanti, 100 kapal yang dibuat ini akan diberikan kepada pemerintah-pemerintah daerah, yayasan-yayasan, dan sebagainya agar mereka memiliki kapal yang baru dan bagus untuk mendukung pelayaran rakyat," pungkasnya.

Sementara itu, Rohmat, selaku pemilik Galangan Kapal Bumirejo, Juwana, mengakui setidaknya mampu memproduksi tiga unit kapal selama setahun dengan berbagai spesifikasi sesuai keinginan dan kebutuhan pemesan.

"Ya, kebanyakan order atau pesanan dari pribadi. Kalau yang ini kapasitasnya sekitar 150 GT. Biaya produksinya berkisar Rp9-10 miliar," katanya, seraya menunjuk kapal penangkap ikan yang sedang dikerjakan di galangannya.

Namun, kata dia, untuk kapal yang akan dipesan Kemenhub bisa lebih murah karena jenis kapal angkut yang tidak membutuhkan banyak peralatan sebagaimana kapal penangkap ikan, seperti jaring, lampu, dan sebagainya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017