Malang (ANTARA News) - Kampanye dan peringatan "Earth Hour" yang bakal digelar di Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (25/3), menyoroti kondisi pengelolaan sampah yang selama ini menjadi masalah terbesar di wilayah itu .

Ketua Panitia Earth Hour Wilayah Malang Wahyu Rendy Kusbiantoro di Malang, Kamis mengemukakan tahun ini tema yang diangkat adalah sampah dengan tajuk "dari Sampah Menjadi Karya, dari Karya Menjadi Berkah".

"Yang menjadi masalah krusial saat ini, tempat pembuangan akhir (TPA) di Malang yang dulunya ada lima lokasi, saat ini hanya tersisa satu, yakni TPA Supiturang. Empat lainnya telah ditutup karena overload, bahkan bukan tidak mungkin TPA Supiturang juga akan mengalami hal yang sama," kata Wahyu.

Peringatan Earth Hour di kota pendidikan itu juga akan dilengkapi dengan pameran yang dipusatkan di halaman Balai Kota Malang. Pameran tersebut sebagai sarana mencari masukan dan edukasi bagi masyarakat yang berkunjung untuk mengelola dan mengolah sampah menjadi barang yang lebih berguna.

Meski berpusat di Balai Kota Malang, kegiatan Earth Hour juga akan digelar di beberapa lokasi, seperti di Monumen Adipura, Coffee Toffee, Tugu Melati Jalan Ijen, Warung susu, Universitas Brawijaya, Bunch Bead, Universitas Islam Malang, Kampung Sukun Baru, SMA Negeri 10 Malang, Kampung Glintung Go Green (3G), Atria Hotel and Conference, Malang Town Square, Harris Hotel, Best Western OJ, Balava, dan Gedhang Ganteng.

Wahyu mengatakan kegiatan tahun ini juga spesial karena Komunitas Earth Hour se-Indonesia akan melakukan aksi serentak, yaitu aksi satu juta reusable bag.

"Aksi satu juta reusable bag sudah kami lalukan pada acara road to Earth Hour di beberapa sekolah dan lokasi di Malang. Intinya adalah membuat reusable bag dari kaus bekas untuk mendukung gerakan Indonesia bebas sampah plastik 2020," tambah Koordinator Komunitas Earth Hour Malang Frido Wahyu.

Frido berharap kegiatan "Switch Off" atau mematikan listrik serentak saat perayaan Earth Hour itu tidak hanya berhenti pada satu jam saja setiap tahunnya. "Sudah banyak masyarakat Indonesia yang melanjutkan aksi switch off dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menghemat listrik, mengurangi sampah plastik, dan mengurangi emisi kendaraan," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, mengapa lambang Earth Hour yang awalnya hanya berupa angka 60 menjadi angka 60+. Kampanye Earth Hour yang diadakan rutin setiap tahun sejak 2007 itu sebagai gerakan dalam usaha mengurangi laju pemanasan global dan dampak perubahan iklim.

Dalam gelaran Earth Hour 2017 di Balai Kota Malang, Komunitas Earth Hour juga menghadirkan bintang tamu dan duta Earth Hour, di antaranya Yuwono (Food Blogger Malang), Ade Aulia (Runner Up II Putri Indonesia Jawa Timur), Ryuji Utomo (mantan pemain Arema).

Selain itu, juga ada Wake Up Iris! (Band Indie Malang), Voix Acapella, Djimbe MTSN Malang 1, Depapepe Malang, Malang Beatbox, SMAN 10 Malang, dan Indonesia Nunchaku Club Malang.

Sementara itu, Food Blogger Malang Yuwono mengatakan jika diperhatikan, sampah paling banyak adalah sampah makanan. Banyak orang yang masih belum peduli dan tidak menghabiskan makanannya, apakah makanan itu membuat sendiri atau membeli di rumah makan.

"Padahal, kita bisa menyiasati dan mengurangi sampah makanan dengan mengukur atau menanyakan porsi menu sebelum memesan makanan atau jika makanan yang kita buat atau kita beli ternyata tidak sesuai selera lidah, kita bisa mengolahnya lagi atau mungkin menawarkan pada orang yang membutuhkan," urainya.

(E009/B015)

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017