Kupang (ANTARA News) - Plan International Indonesia Program Area Lembata memberikan latihan pembuatan sanitasi bagi 28 anak muda di kabupaten tersebut dalam rangka mengembangkan kreativitas mereka.

"Sumber daya manusia di Lembata dibanding dengan 22 kabupaten kota lainnya di NTT berada pada urutan ke-8.Hal ini merupakan sebuah prestasi yang boleh dibanggakan sehingga menurut saya apa yang diperoleh anak-anak ini merupakan kesempatan yang baik," kata Kepala Bapelitbangda Kabupaten Lembata Said Kopong dalam rilis yang diterima Antara Kupang, Jumat.

Ia menjelaskan, pemerintah saat ini menargetkan akses sanitasi dan air minum untuk 100 persen masyarakat Indonesia pada tahun 2019 atau yang biasa dikenal dengan "Universal Access 2019".

Untuk mencapai target tersebut mendatang, menurutnya tidak hanya diperlukan kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah, namun juga diperlukan keikutsertaan dari masyarakat.

"Sebab hal ini dijadikan sebagai peluang bisnis bagi anak muda di Lembata," ujarnya.

Menurut Kopong, beruntung sekali 28 anak muda usia 18-29 tahun dari Kecamatan Omesuri, Buyasuri, Lebatukan dan Ile Ape Kabupaten Lembata ini terpilih untuk mengikuti pelatihan manajemen wirausaha sanitasi.

"Anak-anak muda ini nantinya diharapkan mampu jadi pengusaha sanitasi di Lembata. Begitu banyak peluang pasar ke luar daerah apalagi dengan adanya tol laut," tuturnya.

Selama lima hari dari tanggal 20-25 Maret 2017, anak-anak muda ini belajar membuat kloset dengan kualitas yang sama dengan merk-merk yang dijual di pusat-pusat perbelanjaan.

Mereka juga belajar tentang bagaimana menjalankan kelompok usaha sanitasi dan mengembangkan usaha sanitasi yang berkelanjutan dengan berkerja bersama lembaga keuangan seperti bank dan koperasi.

Program Area Manager Plan International Indonesia Program Area Lembata, Muhammad Thamrin menjelaskan bahwa anak muda di Lembata memiliki potensi yang tinggi untuk mengembangkan sanitasi yang mandiri dan berkelanjutan dalam rangka mendukung komponen pasokan STBM dan menciptakan akses masyarakat miskin ke sarana sanitasi yang sehat.

STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.

"Kami ingin meningkatkan kemampuan anak muda terutama perempuan muda dalam memanfaatkan peluang pasar sanitasi yang berkelanjutan. Mereka akan mengembangkan produk dan layanan sanitasi sesuai yang diinginkan pasar khususnya masyarakat ekonomi kurang mampu di pedesaan. Mereka juga bisa menciptakan peluang pasar sanitasi melalui serangkaian aktifitas promosi," kata Thamrin.

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017