Tokyo (ANTARA News) - Perusahaan otomotif asal Jepang, Honda Motor Co, masih membutuhkan waktu yang relatif lama guna menutup biaya pengembangan sekaligus membukukan profit dari bisnis produksi pesawat terbang.

Chief engineer HondaJet, Michimasa Fujino (56), pun harus menunggu lebih lama guna menyaksikan bisnis pesawat Honda itu mampu meraih keuntungan sejak dibangun pada tiga dekade yang lalu.

Honda memang menolak menyebutkan biaya pembuatan pesawat terbang yang telah dikembangkan sejak 1986. Namun Richard Aboulafia, wakil presiden analisis perusahaan konsultan kedirgantaraan Teal Group, menaksir proyek itu menghabiskan uang sekitar satu miliar dolar AS sejak tahun 2000.

Dilansir dari Reuters, Senin, tantangan pengembangan itu bertambah setelah adanya keterlambatan pengiriman hingga lima tahun, serta biaya besar pengembangan mesin jet itu sendiri.

Produsen sedan global Honda Civic itu pun bertaruh sekitar 4,5 juta dolar AS untuk pesawat jet pribadi berkapasitas enam bangku penumpang. Pesawat itu merupakan yang pertama dikembangkan perusahaan mobil sejak Perang Dunia II.

Pesawat yang mulai dikirimkan pada akhir 2015 juga dibanderol lebih mahal dibandingkan kompetitornya di segmen pesawat jet ringan.

"Kesalahan terbesar orang ketika masuk ke bisnis pesawat adalah (berpikir) bahwa pengeluaran besar sudah berakhir setelah memulai mengirimkan pesawat," kata Aboulafia dilansir dari Reuters, Senin.

"Tapi yang sangat sering terjadi, justru meningkat," kata dia mengutip data pemasaran dan kenaikan biaya produksi.

Fujino, CEO Honda Aircraft Company, mengatakan perusahaannya membutuhkan waktu lima tahun untuk merasakan keuntungan. Namun Aboulafia menilai akan lebih lama.

"Jika mereka, secara ajaib, bisa menghasilkan 1 juta dolar AS dari keuntungan setiap pesawat, setidaknya mereka perlu menjual 1.000 pesawat, setelah membangun (100 unit pertama atau lebih) pesawat yang belum menguntungkan," katanya.

Proyek ini memang bergantung dari dana yang dikucurkan Honda. Laba bersih mereka pada tahun finansial 2016 sekitar 3 miliar dolar AS, atau tiga kali lipat lebih besar dari Textron, produsen jet Cessna Citation M2.

Honda mengatakan proyek ini memang memiliki manfaat tak langsung, antara lain memoles citra di pasar mobil Amerika Utara serta memanfaatkan teknologi pembuatan jet untuk memproduksi mobil di masa depan.

Belum punya rekam jejak

Fujino mengakui pihaknya berusaha meyakinkan para calon pembeli pertama pesawat jet Honda karena perusahaan itu belum punya rekam jejak memproduksi pesawat.

"Kami ingin menunjukkan pelanggan bahwa meskipun kami tidak memiliki rekam jejak menjual pesawat, kami berada di pasar karena kami punya sesuatu yang baru untuk ditawarkan," katanya kepada Reuters.

Ia mengatakan, "Bagi kami itu lebih penting daripada memiliki track record."

Para pengelola bisnis jet juga menunjukkan minatnya terhadap Honda karena menawarkan produk alternatif untuk layanan charter pesawat kecil.

"HondaJet akan menyediakan produk baru di segmen itu, sekarang kebanyakan pesawat yang beroperasi menggunakan turbo tua," kata Richard Hodkinson, wakil presiden penjualan pesawat dari operator Clay Lacy Aviation di California.

"kabinnya tidak akan lebih besar dari pesawat turboprop, tetapi mereka baru, itu akan menjadi hal yang menenangkan, itu akan menjadi lebih efisien, dan Anda akan berada dalam jet," lanjut dia.

Untuk menjual jet, Honda, menyasar individu dan pemilik bisnis kaya raya yang sudah terlibat di bisnis otomotif, memiliki jaringan dealer di Amerika dan Eropa. Honda juga bisa menjual pesawatnya kepada operator perusahaan penerbangan.
Penerjemah:
Copyright © ANTARA 2017