Jakarta (ANTARA News) - Ahli bahasa sekaligus Guru Besar Linguistik Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta Bambang Kaswanti Purwo menyatakan tidak ada unsur kampanye dalam pidato Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Kepulauan Seribu pada September 2016.

"Dalam pidato itu inti yang diangkat adalah mempromosikan progam budidaya kelautan dan budiyaya hasil benih, itu yang saya lihat dari inti pidatonya," kata Bambang saat memberikan keterangan dalam sidang ke-16 Ahok di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa konteks Pilkada dalam pidato Ahok itu baru muncul pada menit kesebelas di mana terdapat 14 kata yang menyinggung Pilkada.

Baca juga: (Pidato Ahok muat motivasi untuk tetap bekerja, apa pun pilihan rakyat)

"Misalnya "kalau saya tidak terpilih" dan "kalau tidak bisa pilih Ahok program jalan terus", namun dalam pidato tetap yang mayoritas adalah tentang program," tuturnya.

Ia pun menjelaskan terdapat 2.987 kata dalam pidato Ahok tersebut secara keseluruhan.

"Masing-masing kata "Al Maidah" dan "dibohongi" muncul sebanyak satu kali dan kata lainnya seperti "program" dan "ikan laut" banyak muncul," ucap Bambang.

Tim Kuasa Hukum Ahok dijadwalkan menghadirkan tujuh saksi ahli dalam lanjutan kasus penodaan agama dengan terdakwa Ahok di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu.

Baca juga: (Ahli pidana analisis tiga poin pidato Ahok)

Baca juga: (Penilaian ahli bahasa tentang pidato Ahok di Kepulauan Seribu itu)

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017