Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sepakat melakukan kerja sama penelitian dan pengembangan (litbang) yang berkaitan dengan energi baru terbarukan (ETB) dengan Komisi Energi Alternatif dan Atom (The Alternative Energies and Atomic Energy Commission/CEA) Prancis.

"Kami mengembangkan panel surya di sini, kami juga mengembangkan baterai lithium. Bagus juga kalau nanti kita bisa kembangkan bersama baterai untuk kapal selam dan pesawat tempur," kata Kepala BPPT Unggul Priyanto saat melakukan pertemuan dengan dua lembaga litbang Prancis di Jakarta, Rabu.

Selain itu, ia mengatakan BPPT juga tertarik bekerja sama dengan CEA mengembangkan teknologi EBT hidrogen untuk elektrolisis fuel cell.

"BPPT akan kirimkan tim untuk menindaklanjuti secara detail pengembangan apa saja yang ingin dilakukan bersama".

Kerja sama dengan lembaga litbang Prancis, menurut dia, menjadi kesempatan bagi BPPT meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM), terlebih jika melihat rasio angka doktor hanya mencapai sembilan persen dari total SDM yang ada di lembaga nonpemerintah yang dipimpinnya.

"Terlebih penelitian mereka lebih maju untuk teknologi informasi dan telekomunikasi dan energi baru terbarukan seperti panel surya, baterai, mikroelektronik, bisa juga nuklir dan manufaktur," lanjutnya.

Kepala Komisi Energi Alternatif dan Atom Prancis Daniel Verwaerde mengatakan mereka sudah sejak 10 tahun lalu mengembangkan fotovoltaik, dan saat ini yang terus dikembangkan adalah material yang lebih terdepan sehingga dapat digunakan di negara-negara yang tidak begitu banyak mendapat sinar matahari.

Baca juga: (Luhut: peran BPPT untuk proyek strategis diperbesar)

"Sehingga yang kita kejar untuk ditingkatkan adalah efisiensi energi," ujar dia.

CEA, lanjutnya, juga terus mengembangkan baterai sodium-ion berdurasi pemakaian lebih panjang dibandingkan lithium selama tidak terjadi kebocoran. Kelebihan lainnya dari baterai ini adalah bahan yang lebih melimpah sehingga harganya menjadi murah.

Saat ini pengembangan baterai sodium-ion atau natrium-ion (Na-ion) di Prancis dipersiapkan masuk ke tahap industrialisasi. Menurut Verwaerde, peneliti masih mengembangkan kemasan baterai yang lebih aman dari yang sudah ada.

Peneliti-peneliti dari lembaga litbang Prancis itu, ujarnya, juga mengembangkan smart grid --jaringan listrik pintar yang mampu mengamankan 60 hingga 70 persen kehilangan.

Terkait dengan tawaran kerja sama pengembangan baterai untuk kapal selam dan pesawat tempur, Verwaerde mengatakan akan juga membicarakannya dengan Kementerian Pertahanan Prancis.

Deputi Bidang Teknologi Industri Rancangan Bangun dan Rekayasa BPPT Erzi Anson Gani mengatakan kerja sama tersebut dapat menjadi intermediasi untuk mengembangkan teknologi pertahanan bersama.

"Karena mereka negara NATO dan kita bukan maka kerja sama ini bisa jadi pintu masuk ke industri teknologi pertahanan dan keamanan."

Sedangkan Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material Hammam Riza mengatakan kerja sama pengembangan lain yang bisa dilakukan berkaitan dengan digital ekonomi termasuk di dalamnya soal keamanan dunia maya.

Baca juga: (BPPT siap produksi massal implan tulang rekayasa)

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017