Nairobi (ANTARA News) - Lebih dari 3.000 orang mengungsi setiap harinya akibat kelangkaan air dan makanan yang disebabkan oleh musim kemarau terpanjang di Somalia sejak 20 tahun terakhir, demikian keterangan lembaga Dewan Pengungsi Norwegia (NRC).

NRC juga memperingatkan akan datangnya masa paceklik di mana anak-anak sudah menjadi korban kelaparan, lapor Reuters.

Kemarau panjang telah membuat para petani, di negara yang juga tengah dilanda konflik tersebut, mengalami gagal panen sementara hewan ternak mati kelaparan. Situasi tersebut berpotensi membuat tragedi kelaparan tahun 2006 terulang, sebuah krisis di mana 260.000 tewas.

"Sudah ada tanda-tanda yang jelas akan datangnya bencana. Ini adalah kesempatan terakhir kita untuk mengantisipasi masa paceklik," kata direktur NRC Somalia, Victor Moses dalam pernyataan tertulis pada Rabu.

Lebih dari enam juta warga Somalia--atau setengah dari keseluruhan populasi--kini membutuhkan bantuan dengan segera, termasuk di antaranya adalah satu juta anak yang mengalami kekurangan gizi akut.

Para petani dan peternak kini menginggalkan sapi-sapi mereka untuk mengemis makanan di daerah perkotaan, di mana harga makanan mengalami lonjakan, kata NRC.

"Saya takut anak-anak saya juga mulai jatuh sakit dan mati," tulis NRC mengutip pernyataan seorang ibu yang mempunyai 11 anak.

Lebih dari 400.000 warga Somalia telah meninggalkan rumahnya sejak November tahun lalu. Sekitar puluhan ribu di antara mereka mengungsi ke kota-kota di daerah selatan seperti ibu kota Mogadishu dan Baidoa.

Selain terancam kelaparan, wabah kolera juga menyebar di 12 dari 18 wilayah Somalia, demikian keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Puluhan ribu orang di kota-kota padat terpaksa meminum air yang telah terkena bakteri mematikan, kata WHO.

Lebih dari 300 orang telah tewas dari 16.000 kasus kolera yang tercatat sejak Januari lalu, demikian keterangan WHO.

Ribuan orang kini mengungsi di negara tetangga Ethiopia, sebuah negara yang juga terkena musim kemarau sehingga menyebabkan lebih dari 100.000 orang meninggalkan rumah sejak awal tahun ini, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

Pemerintah Ethiopia mengaku tengah berupaya menanggulangi penyebaran wabah diare akut, penyakit yang berhubungan dekat dengan kolera.

(Uu.G005)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017