"Merupakan tanggung jawab kita untuk harus melindungi laut, karena itu merupakan tanggung jawab kita juga untuk melindungi dunia," kata Presiden Hollande dalam acara Dialog Maritim RI-Prancis di kantor KKP, Jakarta, Rabu.
Menurut Hollande, bila laut tidak terlindungi maka dampaknya akan beragam antara lain meningkatkan tingkat ketinggian air laut, belum lagi dengan ancaman dari aktivitas pencurian ikan dan polusi laut.
Presiden Prancis juga mengapresiasi upaya yang telah dilakukan oleh inisiatif Menteri Susi sehingga bisa mengurangi aktivitas penangkapan ikan secara ilegal di kawasan perairan Indonesia.
"Harus ada keinginan dan tentunya ada sarana dan teknologinya. Indonesia sekarang ini sedang melakukan perlindungan terhadap wilayah lautnya," katanya.
Hollande juga menuturkan, lautan juga merupakan target investasi penanaman modal sehingga penting untuk memperkuat kerja sama serta memaksimalkan potensi kelautan.
Presiden Prancis juga mengemukakan rasa senangnya karena mengetahui bahwa sejumlah perusahaan Prancis juga sudah mulai akan berinvestasi di beragam proyek di bidang kelautan dan perikanan seperti pelabuhan.
Kepada wartawan setelah acara dialog maritim tersebut, Menteri Susi mengemukakan keinginannya agar Prancis membebaskan bea tarif impor untuk produk perikanan Indonesia yang masuk ke negara tersebut.
Hal tersebut seharusnya layak diterima Indonesia yang dinilai telah menunjukkan kegigihan yang tinggi dan konsisten dalam upaya pemberantasan penangkapan ikan secara ilegal.
Selama ini, hubungan kemitraan perdagangan hasil perikanan Indonesia dan Prancis sudah terjalin cukup baik, di mana Prancis menjadi pasar tujuan ekspor komoditas seperti udang, kepiting/rajungan, tuna/cakalang/tongkol, rumput laut, cumi-cumi/sotong/gurita, siput serta lele.
"Saya sangat berharap kerja sama maritim Indonesia-Prancis ke depannya secara kongkrit dapat dioperasionalkan, baik melalui pemberantasan IUU Fishing, promosi investasi, dan pemasaran produk perikanan Indonesia," ucap Menteri Susi.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017
