Palembang (ANTARA News) - Pertamina meluncurkan produk polypropilene dengan merek Polytam High Grade di Kilang Refinery Unit III Plaju untuk mengurangi impor plastik.

Polytam High Grade merupakan produk polypropilene berkualitas tinggi yang lebih tahan panas dan oksidasi, serta memiliki warna yang lebih putih, kata Direktur Pengolahan Pertamina, Toharso dalam siaran pers yang diterima Antara di Palembang, Rabu.

Polypropilene merupakan bahan baku pembuatan plastik yang kebanyakan digunakan pada industri kemasan makanan dan minuman.

Ia mengatakan, Polytam High Grade ini diharapkan dapat mengurangi impor bahan baku plastik Indonesia dan memenuhi kebutuhan akan produk polypropilene berkualitas tinggi.

Data dari Kementerian Perdagangan menyebutkan, tahun 2015 nilai impor plastik senilai 6,9 miliar dollar, katanya.

Ia menuturkan, Polytam High Grade diproduksi oleh kilang Refinery Unit III Pertamina Plaju sebanyak 4.000 ton per bulan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan berbahan baku plastik.

Distribusi Polytam High Grade ke wilayah-wilayah Jabodetabek, Bandung, Semarang, Lampung dan Medan.

Data dari LIPI menyebutkan, konsumsi plastik di Indonesia per kapita pada 2016 mencapai 17 kilogram per tahun dengan pertumbuhan konsumsi mencapai 6-7 persen per tahun.

Industri makanan dan minuman merupakan konsumen terbesar plastik lewat permintaan atas kemasan.

Mayoritas kemasan yang digunakan oleh industri di Indonesia adalah kemasan plastik.

Porsi material plastik fleksibel mencapai 42 persen dari total bahan baku yang digunakan oleh industri kemasan, diikuti oleh kemasan kardus sebanyak 28 persen dan kemasan plastik solid sebanyak 14 persen. Penjualan kepada industri makanan dan minuman menyumbangkan sekitar 68 persen dari total omset industri kemasan pada 2015.

Meskipun demikian, pengembangan industri plastik masih memiliki ketergantungan terhadap bahan baku plastik impor.

Berdasarkan data Kemenperin, terbatasnya kapasitas produksi bahan baku seperti Polypropilene mengakibatkan Indonesia masih harus mengimpor 694.000 ton.

Sebagai perbandingan, total kebutuhan bahan baku tersebut di Indonesia mencapai 1,64 juta ton, katanya.

Pewarta: Susilawati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017