Amran ditikam di bagian perut sebelah kiri ada tiga lubang, di ulu hati ada satu lubang dan di bagian punggung dua lubang."
Medan (ANTARA News) - Seorang wartawan Media Senior, Amran Parulian Simanjuntak (36) warga Jalan Banten, Diski, Sunggal, tewas dibunuh sekelompok orang tak di kenal, saat melintas di Jalan Medan-Binjai KM 13,5 usai mengantar anaknya ke sekolah, Rabu.

Kapolsek Sunggal Kompol Daniel Marunduri kepada wartawan, Rabu, mengatakan pihaknya masih menyelidiki motif pembunuhan terhadap korban tersebut.

"Masih kita selidiki, yang jelas pelaku orang yang dikenal korban," tegas Kompol Daniel.

Sementara itu, kakak kandung korban Amran Parulian, Renova Simanjuntak (37) menyebutkan, adiknya tersebut dubunuh tidak berapa jauh dari sekolah anaknya.

Tidak mengetahui pasti apa penyebabnya dan siapa pelaku pembunuhan terhadap adiknya (Amran).Namun, diduga pelaku kenal dengan korban.

"Mungkin adik saya itu, sudah diintai. Begitu dia lengah karena mengantar anaknya ke sekolah, Amran langsung dibunuh," ucapnya di RS Bhayangkara Medan.

Renova menjelaskan, pihak keluarga yang mendapat informasi dari sekolah TK "Valentin", tempat anak korban bersekolah yang menyebutkan bahwa Amran telah dibunuh oleh sekelompok orang tak dikenal (OTK).

"Kami, juga belum jelas ceritanya ini, dan baru dapat kabar dari pihak sekolah," katanya.

Sedangkan, istri korban Amran bernama Manteria Panjaitan belum bisa memberikan keterangan.

Namun, menurut pihak keluarga, korban mendapat enam luka tikaman. "Amran ditikam di bagian perut sebelah kiri ada tiga lubang, di ulu hati ada satu lubang dan di bagian punggung dua lubang," jelas Manteria.

Pimpinan Umum Media Senior, Janter Siahaan mengatakan, bahwa korban merupakan wartawan yang telah lima tahun bekerja.

Sebelum korban meninggal dunia, Janter menyebutkan, bahwa dirinya sempat mendengar kalau korban memberitakan sebuah perusahaan di Jalan Medan-Binjai mengenai pemecatan sepihak.

"Tapi belum dapat dipastikan, apakah pembunuhan ini terkait dengan hal itu," jelasnya.

Pewarta: Munawar Mandailing
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017