Jakarta (ANTARA News) - Partai Golkar secara massif mensosialisasikan program pro-masyarakat muslim yang dijalankan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot).

"Banyak sekali bukti bahwa program Pak Basuki-Djarot paling memihak pada umat Islam, sehingga Golkar dan warga Muslim DKI Jakarta mendukung nomor urut dua pada Pilkada DKI," ujar Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar Wilayah Indonesia I, Nusron Wahid dalam Pengajian Partai Golkar di Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu.

Dalam acara itu, Nusron secara khusus mengajak dialog ustadz dan guru ngaji yang akan diberangkatkan umrah oleh Ahok-Djarot. Mereka yakni Ibu Rohani (guru ngaji), ustadz Lukman Azis (imam mushallah) ustadz Syarifudin (ustadz dan imam mushallah), dan Ibu Tatik Maryati (ustazhah majelis taklim).

Sekitar 480 yang hadir dalam acara pengajian itu adalah dari relawan dan saksi Golkar yang akan diterjunkan di TPS pada Pilkada 19 April nanti serta dari kalangan masyarakat di Kecamatan Tebet. Hadir juga Ketua DPD II Partai Golkar Jakarta Selatan Ikhsan Ingratubun dan pengurus Golkar tingkat kecamatan.

Nusron menjelaskan, salah satu program pro-Islam yang menjadi komitmen Ahok-Djarot adalah memberangkatkan umrah para pengurus masjid, imam masjid, marbot masjid, guru ngaji, muadzin, serta para pengurus jenazah.

"Dalam lima tahun nanti, 10.000 orang yang akan diumrahkan. Dengan demikian, ibadah umrah tidak hanya bisa dilakukan orang-orang kaya saja. Bukan orang yang rumahnya gedong saja yang umrah tiap tahun, tapi juga masyarakat dan pengurus masjid supaya adil," ujar Nusron.

Selain itu, Nusron juga menyampaikan bahwa para pengurus masjid, ustadz, guru ngaji, dan yang memandikan jenazah juga akan mendapat tambahan gaji atau honor bulanan dari Ahok-Djarot. Dengan demikian, bukan hanya KJP dan KJS yang terus dijalankan, tapi juga pengurus masjid juga disejahterakan dan diperhatikan.

"Makanya tidak ada salahnya kalau partai Golkar mencalonkan nomor dua pada Pilkada DKI karena terbukti mempunyai keberpihakan pada agama Islam."

"Buktinya lagi apa? seumur-umur kita punya gubernur, enggak pernah punya masjid di balai kota, tapi baru pada masa Basuki-Djarot ada masjid megah di balai kota bernama masjid Fatahillah. Ini menandakan pak Basuki meskipun belum beragama Islam tapi hatinya Islami," imbuh Nusron.

Anehnya, lanjut Nusron, program yang sudah pro-masyarakat Islam seperti ini masih diganggu dan diteror oleh orang yang ingin melanggengkan korupsi. Caranya dengan menuduh orang yang mendukung Ahok-Djarot sebagai orang kafir. Seolah mereka paling benar dan paling memiliki agama Islam sendiri.

Nusron menjelaskan, Islam di Indonesia mayoritas "ahlussunnah wal jamaah". Tanda-tanda orang ahlussunnah wal jamaah ada 10. Salah satunya yang nomor tujuh bunyinya tak boleh mengkafirkan seseorang kalau orang itu masih ahli qiblat atau masih shalat.

"Lha kita ini masih shalat, gara-gara milih Pak Basuki dibilang kafir. Orang seperti ini yang membuat ribet. Makanya Golkar yang nasionalis akan pasang badan di depan melawan yang mengganggu masyarakat dan suka mengkafirkan," lanjutnya.

Ciri ahlussunnah wal jamaah nomor delapan, lanjut Nusron, adalah menshalatkan orang yang meninggal dunia selama orang itu adalah ahli qiblat. Namun yang terjadi, ada golongan orang, gara-gara beda pilihan di Pilkada kemudian ketika ada yang meninggal mereka menolak menshalatkan.

Pilkada putaran II DKI Jakarta pada 19 April 2017 akan diikuti dua pasangan cagub, yaitu Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

(S037/C004)

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017