Jakarta (ANTARA News) - Billy Oscar telah menyelami dunia kuliner sebagai food blogger dan konsultan restoran sejak beberapa tahun lalu. Suguhan makanan lezat sedari kecil rupanya melatih kepekaaannya pada rasa makanan sekaligus menariknya ke dunia kuliner. 

"Dari keluarga, ibu dan nenek memang jago masak. Akhirnya kami menikmati masakan melebihi, dalam arti bukan hanya makan saja tetapi bisa menikmati masakannya. Maka itu kebawa sampai besar, jadi hobi berkuliner," tutur dia kepada ANTARA News di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ketika ditanya masakan yang paling ia favoritkan, dia menjawab opor ayam. Selain itu, dia juga menggemari makanan asal negeri sakura. 

"Opor ayam. Kelihatannya gampang atau menunya mirip-mirip tetapi pasti dari kekentalannya kuahnya, bumbunya. Itu yang membuat masakan rumahan enak. Kalau makanan Jepang, lebih ke original taste-nya, langsung clean," kata Billy. 


Masuk Industri Kreatif Bidang Makanan

Kendati menyukai makanan sejak kecil, pria berkacamata itu mengaku tak bisa memasak. Dia memilih menikmati makanan yang orang lain sajikan padanya sembari berpromosi jika makanan itu memang layak khalayak santap.   

Terbukti lewat keputusannya menggeluti profesi sebagai food blogger. Tak sampai di situ, dia juga mendirikan perusahaan yang memfokuskan bisnisnya pada promosi makanan, manajemen restoran, SoalPerut F&B Consultant.

"Saya sih enggak bisa masak. Menikmati saja makanan, sambil mempromosikan makanan. Berawal dari foto dulu makanan sebelum kita menikmatinya. Dari situ ternyata terbuka suatu peluang industri kreatif yang sekarang lakukan, food blogger atau food enthusiast, termasuk F&B Marketing and Consultant, mempromosikan makanan atau restoran, sejak dari 2010," kata dia.

"Teman-teman juga akhirnya banyak masuk ke industri kreatif seperti ini," sambung Billy.

Sejumlah restoran yang pernah ia promosikan antara lain Marco Padang dan Black Garlic milik William Wongso, RON's Laboratory, Prince House Group, Pento Autentico dan resto lainnya.

Seiring semakin banyaknya orang tertarik menggeluti dunia yang sama sepertinya, kreativitas menjadi tuntutan agar tetap berdaya saing.

"Harus kreatif. Misanya, sekarang orang foto makanan fokus ke makanannya, lama-lama orang sudah bisa mengambil angle-nya, preparation di pinggir piringnya, jadi yang biasa foto makanan langsung, sekarang sudah memasukkan unsur estetika (hiasan di pinggir piring)," ujar Billy.


Andalkan Kejujuran

Bagi Billy ulasan jujur merupakan keharusan walaupun rasa tak nyaman menghantuinya.

"Terpaksa harus bilang ke restorannya kalau makanannya kurang enak, nikmat. Itu yang membuat kita kadang merasa tidak enak, tetapi ya kita harus kasih tau apa adanya, sehinga mereka bisa lebih improved lagi dari segi taste-nya," ujar dia

"Beberapa teman yang (review negatif) sampai posting di social media, mereka dikomplain, seolah-olah sudah makan gratis, tetapi review-nya enggak bagus," sambung Billy.

Sebelum mengakhiri sesi obrolan, satu pertanyaan terakhir untuknya, pernah mengalami kejadian buruk semisal sakit perut usai icip makanan?

"Pasti ya. Namanya makanan masuk ke lambung kita. Pernah, ada yang bahannya kurang fresh itu berpengaruh ke pencernaan kita. Masalah pencernaan, sering ke belakang. Belum pernah sampai mengalami masalah lainnya," kata dia seraya tertawa.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017