Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, menguat tipis delapan poin menjadi Rp13.317 dibandingkan sebelumnya Rp13.325 per dolar AS.

"Laju mata uang rupiah kembali mampu naik, meski tipis. Data inflasi yang terkendali, cukup mampu menjaga rupiah dari fluktuasi," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Pryambada di Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang menguat turut menjaga mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah kembali terapresiasi.

Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,38 persen menjadi 50,43 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,38 persen menjadi 53,32 dolar AS per barel.

Namun demikian, lanjut dia, pelaku pasar diharapkan tetap waspada, terutama jika sentimen dari data ekonomi domestik mulai mereda dan pasar kembali fokus ke sentimen eksternal, salah satunya risiko kenaikan suku bunga The Fed.

"Laju rupiah relatif masih berada dalam rentang pergerakan tipis mengingat sentimen eksternal belum cukup kondusif," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa menjelang dirilisnya data neraca perdagangan AS menjadi salah satu sebab para pelaku pasar uang menahan untuk masuk ke aset dolar AS.

"AS akan merilis data neraca perdagangannya, data yang sesuai ekspekstasi dapat mendorong dolar AS kembali terapresiasi," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini, tercatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.326 dibandingkan Senin (3/4) di posisi Rp13.324 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017