Colorado (ANTARA News) - Badan Aeronautika dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sedang bersiap mengirim Cassini ke daerah yang belum dijelajahi antara Saturnus dan cincinnya sebelum pesawat antariksa itu dijatuhkan ke Bumi.

Sejak tiba di Saturnus pada Juli 2004, Cassini sudah menjelajahi planet raksasa itu dan rombongan 62 bulannya, termasuk Titan yang penuh teka-teki, yang diyakini para ilmuwan menyerupai awal Bumi, dan bulan Enceladus yang punya samudra dan melontarkan partikel es ke antariksa.

Guna menghindari kemungkinan mikroba Bumi yang mungkin masih hidup di Cassini mencemari organisme hidup yang mungkin ada di Enceladus, NASA berencana menjatuhkan pesawat antariksa yang bahan bakarnya sudah habis itu ke Saturnus pada 15 September.

Namun sebelum penghancurannya, Cassini punya satu misi terakhir. Pada 22 April, Cassini akan melakukan pelintasan terakhir ke Titan menggunakan gravitasi bulan itu untuk melontarkan diri ke orbit baru yang melewati bagian dalam celah lebar 1.930 kilometer antara pinggir atmosfer Saturnus dan cincin terdalamnya.

NASA berharap Cassini bisa bertahan cukup lama untuk melakukan 22 penyelaman ke dalam cincin Saturnus, dan mengungkap detail tentang usia dan komposisi mereka.

Namun jika partikel cincin menghantam Cassini, itu bisa membawa misi ke akhir prematur karena pesawat luar angkasa itu akan melakukan perjalanan dengan kecepatan 112.654 kilometer per jam.

"Pada kecepatan itu, bahkan partikel sangat kecil pun bisa menyebabkan kerusakan," kata insinyur penerbangan Cassini, Joan Stupik dari Laboratorium Propulsi Jet NASA di Pasadena, California, kepada para reporter dalam konferensi oers di NASA TV.

Para ilmuwan berharap bisa mempelajari apakah cincin-cincin itu setua Saturnus--sekitar 4,6 miliar tahun--atau apakah mereka terbentuk kemudian setelah komet atau bulan yang lewat tercabik gravitasi dahsyat planet tersebut.

Selama pendekatan ke cincin Cassini juga akan mempelajari atmosfer Saturnus dan melakukan pengukuran untuk menentukan ukuran inti berbatu yang diyakini ada di pusat bola gas raksasa yang meliputi sebagian besar ukurannya.

Selama apa pun Cassini bisa bertahan, "grand finalnya akan spektakuler," kata ilmuwan proyek itu, Linda Spilker dari Laboratorium Propulsi Jet.

"Kami terbang di satu daerah yang belum pernah dijelajahi sebelumnya," kata dia.

"Saya tidak akan terkejut sedikit pun kalau beberapa temuan yang kita hasilkan selama grand final Cassini adalah yang terbaik dari misi ini," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017