Palembang (ANTARA News) - Perbaikan harga komoditas kelapa sawit di tingkat petani yang terjadi sejak awal tahun 2017 diperkirakan akan sedikit mendongkrak pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I.

Kepala Divisi advisory dan pengembangan Ekonomi BI Perwakilan Sumsel Hari Widodo di Palembang, Jumat, mengatakan, BI memprediksi pemulihan harga kelapa sawit ini akan terus berlanjut hingga triwulan I/2017 sehingga menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Sumsel yang lebih tinggi dibanding tahun lalu.

"Pertumbuhan ekonomi Sumsel tahun ini masih dipengaruhi investasi dan konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga sendiri didorong oleh perbaikan harga komoditas, termasuk kelapa sawit," kata dia.

Ia mengemukakan, sejauh ini BI Sumsel tetap pada proyeksi awal pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen---5,5 persen karena tahun lalu berhasil menyentuh 5,03 persen.

Provinsi Sumatera Selatan menargetkan produksi sawit menembus 3,4 juta ton pada 2017 atau meningkat 400 ribu ton jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumatera Selatan Harry Hartanto di Palembang, Jumat, mengatakan dengan capaian tersebut maka produksi CPO Sumsel tetap berkontribusi setidaknya 10 persen dari total produksi nasional.

"Gapki mematok target tinggi tahun ini karena adanya penambahan luas tanam kebun dan kondisi iklim yang mendukung," kata Harry.

Efek El Nino yang menyebabkan kemarau lebih panjang dan berdampak pada anjloknya produksi sawit tahun lalu diperkirakan pada tahun ini tidak akan terjadi, kata dia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, nilai ekspor CPO Sumsel meningkat sepanjang Februari 2017 (yoy) menjadi 48,86 juta dolar AS dari sebelumnya 36,22 juta dolar AS.

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017