Krisis Suriah telah kembali ke tahap awal: kekerasan."
Aljier (ANTARA News) - Pemerintah Aljazair mendesak ke semua pihak untuk menghindari peningkatan serangan militer di Suriah agar tidak merusak semua upaya yang bertujuan mencapai gencatan senjata berkelanjutan di negeri itu.

"Setiap peningkatan militer di Suriah hanya akan merusak upaya masyarakat internasional sebagai bagian dari proses penyelesaian politik bagi krisis Suriah," kata Abdelkader Messahel selaku Menteri Aljazair Urusan Maghribi, Uni Afrikaq dan Liga Arab.

Ia menimpali, "Aljazair mengikuti dengan prihatin perkembangan situasi di Suriah pada saat upaya dinamis telah dilakukan untuk mewujudkan penyelesaian politik melalui perundingan antara pihak yang berperang di Suriah."

Pernyataan Messahel itu dikeluarkan dua hari setelah serangan peluru kendali Amerika Serikat (AS) terhadap satu pangkalan militer di Suriah, sebagai "pembalasan atas dugaan penggunaan senjata kimia oleh Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad terhadap gerilyawan.

"Aljazair, yang telah menggambarkan pendekatannya dalam kerangka kerja yang menghormati keabsahan internasional, mengangap penyelesaian konflik Suriah hanya bisa bersifat politik, dengan landasan dialog banyak pihak, perujukan nasional dan perang melawan terorisme," ujarnya, seperti dilaporkan kantor berita APS Aljazair, yang juga dikutip kantor berita Xinhua China.

Saat fajar Jumat (7/4) AS menyerang Pangkalan Udara Shayrat di Provinsi Homs dengan meluncurkan 56 peluru kendali Tomahawk yang menewaskan enam prajurit Suriah dan sembilan warga sipil, termasuk empat anak kecil, serta menghancurkan sembilan pesawat Suriah.

Serangan yang tak pernah terjadi sebelumnya itu menandai aksi militer pertama yang dilakukan Pemerintah AS di bawah kendali Presiden Donald Trump terhadap militer Suriah.

Pemerintah AS mengatakan serangan tersebut dilancarkan "sebagai pembalasan atas serangan udara oleh Angkatan Udara Suriah ke Kota Kecil Khan Sheikhoun" pada Selasa (4/4).

Para pegiat hak asasi manusia (HAM) menuduh militer Suriah menembakkan gas beracun ke kota kecil tersebut, sehingga menewaskan 70 orang, sementara militer Suriah justru menegaskan bahwa serangan tersebut ditujukan ke satu gudang senjata yang berisi gas beracun, dan menuduh gerilyawan anti-Presiden Bashar A-Assad.

Munther Khaddam, tokoh oposisi Suriah, mengatakan serangan tersebut akan memiliki dampak negatif pada krisis Suriah.

"Serangan AS dikutuk dan tak satu pun orang Suriah yang terhormat menerima apa yang terjadi, terutama dalam beberapa bulan ketika penyelesaian politik mulai menjadi lebih jelas dan langkah serius dilakukan," katanya.

Ia menambahkan, "Krisis Suriah telah kembali ke tahap awal: kekerasan."

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017