Ponorogo (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur menetapkan status siaga bencana tanah longsor di Desa Dayakan, Kecamatan Badegan, menyusul meningkatnya potensi ancaman pergerakan tanah di area perbukitan setempat dengan luas 10 hektare tersebut.

"Status siaga II ditetapkan sejak tiga hari lalu," kata Kabid Kedaruratan Bencana dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budianto di Ponorogo, Selasa.

Ia mengkonfirmasi adanya peningkatan status kewaspadaan dari siaga II menjadi siaga I per Senin (10/4) petang.

Untuk mengantisipasi korban jiwa, warga yang berada di area risiko terdampak dikosongkan.

Laporan resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diterima Antara, jumlah pengungsi yang berlindung di posko-posko pengungsian maupun sebagian di rumah-rumah penduduk tercatat 341 jiwa.

Jumlah itu meningkat dibanding jumlah pengungsi sebelumnya atau saat belum ada keputusan status bencana hingga penetapan siaga II sebanyak 249 jiwa.

"Laporan yang diterima BNPB per hari ini terjadi dentuman suara gemuruh sangat keras sebanyak 21 kali pada Senin (10/4)," kata Humas BNPB Andri Cipto Utomo dikonfirmasi melalui sarana percakapan daring whatsapp.

Dijelaskan, saat ini area tanah yang retak memanjang sekitar 300 meter, lebar 40 sentimeter dan kedalaman 3 meter di Watuagung.

Warga terdampak sebanyak 91 orang yang berlokasi di Dukuh Kliur RT8 yang berada langsung di bawah Dusun Watuagung, semua ikut mengungsi sehingga keseluruhan pengungsi berjumlah 341 orang.

"Sebanyak 22 unit rumah rusak dari total 69 unit rumah yang terdampak sehingga penghuninya dikosongkan seluruhnya. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas di rumahnya dan di sekitar daerah terlarang untuk mengantisipasi kemungkinan longsor," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Seluruh pengungsi ditempatkan dua tenda pengungsi, SDN 2 Dayakan dan rumah penduduk yang ditunjuk sebagai tempat pengungsian yakni rumah Mariman, Sriyono, Nyaman, Mujoko, Siman, Giyanto.

BPBD Ponorogo juga telah mendirikan Posko di Balai Desa Dayakan, sedangkan untuk pemantauan dan koordinasi dilakukan bersama dengan Muspika Badegan dan Perangkat Desa.

BPBD bersama TNI, Polri, Tagana, PMI, SKPD, relawan dan masyarakat memberikan bantuan logistik, tenda, tikar, selimut, terpal, kebutuhan air bersih, MCK dan lainnya. Sedangkan kebutuhan yang mendesak adalah keperluan balita, keperluan mandi, pakaian layak pakai, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lainnya.

Sementara BMKG Tretes Malang telah memasang seismograf untuk mendeteksi gempa dan getaran tanah.

Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017