Jakarta (ANTARA News) - Dua pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno melakoni debat terakhir yang digelar Komisi Pemilihan Umum Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Seperti sebelumnya, debat pilkada DKI Jakarta putaran kedua digelar di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta, Rabu malam.

Debat dalam waktu 120 menit terbagi dalam enam segmen. Sementara itu panelis debat final cagub-cawagub DKI Jakarta 2017 adalah peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, ekonom Prijono Tjiptoherijono dan Enny Sri Hartati.

Ahli komunikasi politik Gun Gun Heryanto, sosiolog Meuthia Gani, ahli tata kota Yayat Supriatna dan Imam Prasodjo, sosiolog Universitas Indonesia.

Tema debat putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017 adalah "Dari Masyarakat untuk Jakarta" yang terdiri dari kesenjangan dan keadilan sosial, penegakan hukum dan bonus demografi.

Sedangkan subtema debat tersebut, yakni berkaitan dengan masalah transportasi, tempat tinggal, reklamasi, pelayanan publik berupa pendidikan dan kesehatan, serta usaha mikro kecil dan menangah (UMKM) atau dunia usaha.

Sementara para pendukung kedua pasangan tidak hanya menonton di Hotel Bidakara maupun rumah-rumah melalui televisi tetapi juga di markas kedua pendukung.

Di Rumah Lembang, Markas Ahok-Djarot, warga dapat menikmati makanan gratis seperti nasi goreng, kwetiau goreng, dan mie kuah yang disediakan tim pemenangan.

Sementara pendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Anies Baswedan-Sandiaga Uno bersama-sama menyaksikan debat putaran kedua Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 di posko pemenangan di Jalan Cicurug, Menteng, Jakarta Pusat.

Ahok-Djarot menggunakan pakaian kotak-kotak dan celana panjang hitam. Djarot menggunakan peci, sama seperti Anies-Sandi.

Anies-Sandi tiba dengan seragam yang berbeda. Bila sebelumnya seragam putih, kini keduanya menggunakan pakaian seragam warna biru dengan celana khaki.

"Kami memakai baju biru karena kami ingin mengirimkan pesan sekarang sudah harus mempersatukan bagaimana mempersatukan warga Jakarta melalui proses yang sangat panjang ini," kata Sandiaga usai debat saat menjelaskan pakaian yang ia kenakan.

Aksi kali ini akan menjadi debat terakhir untuk mempengaruhi para pemilih Jakarta, terutama para pemilih yang belum menentukan pilihan.

Berdasarkan survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada 31 Maret-5 April, terdapat sekitar 5,2 persen responden yang masih belum menentukan pilihan (swing voters).


Debat Reklamasi

Debat terakhir menuju DKI 1 yang digelar KPU DKI Jakarta kali ini, lebih panas dibandingkan debat-debat sebelumnya. Wajah kedua pasangan calon tampak lebih serius, berbeda dengan dengan debat sebelumnya yang lebih rileks.

Isu panas reklamasi justru diambil Ahok untuk bertanya kepada Anies. Ahok mempertanyakan kebijakan Anies yang ingin menghentikan reklamasi, termasuk apa yang akan dilakukan terhadap pulau yang telah direklamasi.

Anies menjawab bahwa dalam Keppres Nomor 52 Tahun 1995 tentang reklamasi, pada pasal 4 menyatakan dengan eksplisit wewenang dan penanggung jawab reklamasi di tangan gubernur.

"Karena itu ketika saya gubernur, saya akan memanfaatkan otoritas ini untuk rakyat banyak bukan sekelompok orang," katanya.

Anies juga mengatakan reklamasi yang dilakukan saat ini berbeda bentuknya dengan amanat Keppres tersebut.

"Yang kedua yang tidak kalah penting, reklamasi yang sekarang dijalankan beda dengan yang ada di dalam Keppres ini, beda sekali, kalau anda lihat bentuknya ada, bentuknya yang sekarang berbeda sekali," kata Anies.

Ahok yang kemudian memberikan tanggapan pernyataan Anies tersebut mengatakan "Jangan membohongi, gambar peta reklamasi bukan dari saya," katanya.

Ahok mengatakan semua pulau reklamasi itu ada 18 pulau, satu setengah pulau dipotong karena terdampak limbah air panas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

"Dan mau apalagi, seluruh hasil reklamasi, sertifikatnya milik DKI, lalu hampir 48 persen untuk digunakan fasum dan fasos DKI, lalu apalagi lima persen dari tanah yang bisa dijual pengembang ini boleh dipakai untuk nelayan lagi, untuk masyarakat, lalu apalagi, tanah yang mereka jual setiap rupiah yang mereka jual, 15 persen dari penjualan mereka dari NJOP itu dipakai buat pembangunan, sehingga kita akan mendapatkan dalam 10 tahun Rp158 triliun uang dari reklamasi, bukan hanya 1,2 juta tenaga kerja, lalu kita bisa selesaikan semua konsep nelayan, semua tanggul utara termasuk LRT akan kita bangun, jadi mau apa, mau apalagi manfaat untuk rakyat reklamasi ini," katanya.

Anies pun menjawab. "Saya rasa baik Pak, jangan bohongi rakyat saat kampanye, warga Bukit Duri tahu persis arti kebohongan dalam kampanye," katanya.

"Kami ingin kepentingan warga Jakarta dilindungi, jangan sampai muncul banjir. Ini unik, airnya dipercepat ke laut, lautnya disiapkan pulau-pulau, efeknya mbalik ke Jakarta dan efeknya nanti kita akan merasakan banjir di tempat ini," katanya.

Kedua, menurut Anies, lapangan pekerjaan justru lebih banyak tersedia bukan lewat reklamasi, tapi lewat rehabilitasi 13 sungai di Jakarta dan rehabilitasi pantai-pantai di Jakarta.

"Dan yang tak kalah pentingnya begitu membangun pulau-pulau di sana kemudian dibangun perumahan yang mewah yang pasti memiliki bukan para nelayan di sini, tapi mereka hanya menonton dari jauh," katanya.

Jawaban Aniespun direspon oleh Ahok.

"Saya ingin jelaskan Bukit Duri, sekarang 50 persen Ciliwung beres, maka banjir dari 2200 titik tinggal 70 titik, ini mesti jelas, lalu bicara soal reklamasi, soal pulau ini mesti dijelaskan, ini ilmu ekonomi pak, kami mau bangun MRT-LRT satu triliun kira-kira buka 30-35 ribu tenaga kerja, maka LRT kami bisa membuka 2,2 juta, jadi itu semua ada hitungannya, setiap triliun yang anda investasikan akan menghasilkan, jadi sekali lagi jangan mengacaukan seperti itu," kata Ahok sebagai akhir dari sesi tersebut.

(T.M041/S027)

Oleh Muhammad Arief Iskandar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017