Denpasar (ANTARA News) - Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu mengatakan jarak tempuh balap sepeda internasional Flores, Tour de Flores (TDF 2017) mengalami penambahan dari sebelumnya 661,5 kilometer menjadi 808 kilometer.

"Penambahan jarak tempuh itu karena ada rute baru dari Aegela menuju Kota Mbay, Kabupaten Nagekeo," katanya kepada wartawan di Denpasar, Kamis.

Marius, yang berada di Bali menghadiri penandatanganan nota kesepahamanan kerja sama pariwisata Pemerintah Provinsi NTT dengan operator kapal pesiar internasional, Carnival, menjelaskan penambahan jarak itu ditentukan setelah survey yang dilakukan selama seminggu dengan pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Pihak Kementerian PU-PR, kata Marius, telah melakukan perhitungan biaya untuk perbaikan dan peningkatan kualitas jalan dari Larantuka-Labuan Bajo dengan kisaran Rp30-Rp40 miliar setiap kabupaten.

Khusus untuk biaya marka jalan standar internasional masih berpatokan pada tahun sebelumnya dengan biaya sekitar Rp17 miliar.

"Tahun lalu perbaikan jalan Larantuka-Labuan Bajo kurang lebih Rp200 miliar namun kali ini meningkat karena perbaikan jalan rusak dari Aigela-Kota Mbay sekitar 30-an kilometer yang dikerjakan dalam waktu dekat," katanya.

Menurutnya, penambahan jarak tempuh tersebut akan menjadi tantangan tersendiri bagi pembalab sepeda internasional yang saat ini sudah terdaftar sebanyak 13 tim atau lebih dari 100 orang tersebar dari Eropa, Amerika, Asia, dan Australia.

Lebih lanjut, Marius mengatakan, telah terjadi perubahan jadwal TdF 2017 yang sebelumnya dijadwalkan 9-14 Mei diundur 14-19 Juli 2017.

Pengunduran jadwal itu dikarenakan adanya persiapan perbaikan lintasan dan juga disesuaikan dengan jadwal event internasional di negara lain yang diikuti pula para pebalap sepeda internasional.

Menurutnya, TdF tidak semata meraup manfaat ekonomi dari kedatangan wisatawan mancanegara ke provinsi kepulauan itu, namun juga ada nilai-nilai lain yang dibangun terkait diplomasi internasional melalui event balap sepeda itu.

Pelaksanaan TdF, katanya, untuk menunjukkan bahwa kita sebagai bagian dari warga dunia ikut serta menjaga perdamaian dunia melalui balap sepeda internasional.

"Kita juga mau menunjukkan dunia luar bahwa Indonesia sangat aman untuk melaksanakan event-event internasional dan itu sudah dibuktikan lewat event-event besar seperti di Banyuwangi, Tour de Singkarak di Sumatera Barat, dan selanjutnya TdF," katanya.

Menurutnya, TdF akan menjadi perhatian dunia internasional karena akan berkumpul ratusan pebalap dari berbagai belahan dunia sehingga memancing minat para pebalab lain untuk ikut serta.

"Selain itu mendorong generasi muda kita untuk berkompetesi baik dalam balap maupun touring, dan ini akan menambah rasa solidaritas kemanusiaan karena akan berkumpul masyarakat dari berbagai suku, agama, ras, dan antargolongan" katanya.

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017