Venezuela (ANTARA News) - Pihak berwenang di Venezuela menyatakan telah menangkap dua pemimpin pemuda oposisi pada Jumat (14/4), aksi terakhir dalam operasi menumpas protes anti-pemerintah yang sedang berlangsung dan sudah menewaskan lima orang.

Kamis malam menyaksikan letusan kerusuhan terkini di negara yang sedang dilanda kekurangan pangan itu, saat para pengunjuk rasa yang menggelar aksi di dekat ibu kota melemparkan campuran Molotov dan polisi menembakkan gas air mata.

Jose Sanchez dan Alejandro Sanchez ditangkap karena "mengorganisasi aksi teroris dan serangan terhadap perdamaian negara" menurut Menteri Dalam Negeri Nestor Reverol via Twitter.

Kedua pemimpin pemuda itu berasal dari Partai Keadilan, salah satu kelompok utama dalam koalisi kanan-tengah yang mendorong presiden sosialis Nicolas Maduro dilengserkan dari jabatan.

Reverol mengatakan kedua tahanan "mengaku ambil bagian dalam kekerasan pekan ini."

Kejadian terkini dari sepekan lebih kerusuhan meletus pada Kamis malam sampai Jumat di kota Los Teques di dekat ibu kota.

Para pengunjuk rasa memasang barikade dan melemparkan campuran Molotov, dan polisi menembakkan gas air mata menurut foto-foto yang beredar di media sosial.

Otoritas Venezuela memicu kritik internasional pekan lalu karena melarang tokoh paling terkemuka partai itu, Henrique Capriles, menjabat di kantor publik selama 15 tahun.

Capriles, gubernur negara bagian Miranda, mengatakan 15 toko dijarah selama aksi itu, termasuk beberapa toko roti.

Berbicara dalam konferensi pers, dia menuduh "semua aksi vandalisme" tersebut dilakukan atas perintah pemerintah.

Wali Kota Los Teques, Francisco Garces, yang pro-pemerintah, di Twitter menyalahkan "kekerasan faksi oposisi" atas penjarahan tersebut, demikian menurut warta kantor berita AFP.




Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017