Damaskus, Suriah (ANTARA News) - Sedikitnya 70 orang tewas dan 128 lainnya luka-luka dalam ledakan, Sabtu, yang mengenai titik berkumpul bus-bus pembawa para warga Syiah yang dievakuasi dari dua kota propemerintah di Suriah utara, kata seorang sumber.

Serangan itu dilakukan seorang pengebom bunuh diri menggunakan truk pengangkut kentang.

Ledakan terjadi di Rashideen, daerah yang dikuasai pemberontak di wilayah pedesaan provinsi Aleppo.

Di daerah itu, bus-bus yang akan mengangkut 5.000 warga Syiah propemerintah sedang menunggu pengaktifan kembali kesepakatan yang dirancang untung mengamankan perjalanan mereka ke daerah yang dikendalikan pemerintah di Aleppo.

Kesepakatan itu dicapai baru-baru ini antara para pemberontak dan pemerintah di bawah pengawasan Iran, Turki dan Qatar. Kesepakatan dibuat untuk mengamankan pemindahan warga dari kota Syiah Kafraya dan Foa, yang propemerintah, di Provinsi Idlib menuju wilayah-wilayah pemerintah di Provinsi Aleppo.

Sebagai imbalannya, pemerintah akan mengizinkan para pemberontak dan keluarga-keluarga mereka untuk meninggalkan kota-kota yang dikuasai pemberontak, yaitu Madaya dan Zabadani di Damaskus utara, untuk mencapai provinsi Idlib.

Pemindahan dimulai pada Jumat. Sekitar 5.000 warga Syiah meninggalkan Kafaraya dan Foa sementara 2.300 pemberontak beserta keluarga mereka mulai keluar dari kota Madaya dalam gelombang pertama.

Para warga Syriah telah mencapai kota Rashideen yang dikuasai pemberontak, sementara para pemberontak juga telah tiba di persimpangan Ramouseh yang dikendalikan pemerintah di Aleppo.

Kedua iring-iringan itu telah diatur untuk berangkat ke tujuan mereka masing-masing, sebelum para pemberontak di Rashideen menghentikan iring-iringan warga Syiah dan menambah tuntutan dari kesepakatan yang sudah ada.

Konvoi para pemberontak juga terhenti di Ramouseh di tengah laporan komunikasi sedang dilakukan untuk melanjutkan penerapan kesepakatan.

Seorang sumber mengatakan, tuntutan baru yang diajukan pemberontak adalah evakuasi dilakukan terlebih dahulu terhadap para petempur dari Kafraya dan Foa sebelum warga sipil dipindahkan dari kota-kota itu.

Namun, tuntutan itu ditolak karena ada kekhawatiran bahwa jika para petempur Syiah keluar terlebih dahulu dari kedua kota tersebut, para pemberontak bisa menyerang kota dan melakukan pembunuhan massal di sana.

Saat ini, para warga yang dievakusi dari Kafraya dan Foa terlihat sangat cemas.

Seorang saksi mata dari kalangan warga yang sedang menunggu di Rashideen mengatakan kepada Xinhua bahwa tiga orang yang mengalami masalah medis saat menunggu telah meninggal dunia sebelum ledakan terjadi.

Saksi mata itu menambahkan bahwa tiga perempuan terpaksa melahirkan di dalam bus-bus di tengah kondisi keamanan yang mengkhawatirkan sementara orang-orang yang telah menanti selama lebih dari 24 jam tidak mempunyai persediaan makanan ataupun air yang cukup. 

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017