Cibinong (ANTARA News) - Menteri BUMN Rini Soemarno meminta PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. meningkatkan kapasitas menjadi perusahaan pengelola satelit terbesar di Asia.

"Saya mengimpikan Telkom menjadi yang terbesar di Asia. Selain menjamin ketersediaan transponder satelit di Indonesia, juga dapat melayani permintaan transponder dari negara lain," kata Rini, di sela-sela peresmian pengoperasian Satelit Telkom 3S, di Stasiun Pengendali Utama (SPU) Satelit Telkom Cibinong, Jawa Barat, Senin.

Menurut Rini, Telkom sebagai BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi informasi dan komunikasi (ICT) memiliki pengalaman panjang dalam mengelola satelit, sehingga memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan kapasitas.

"Belum lama ini, 15 Februari 2017 meluncurkan Satelit Telkom 3S yang pengoperasiannya saya resmikan hari ini. Selamat dan sukses. Selanjutnya Telkom harus melanjutkan lagi meluncurkan satelit Telkom 4 yang dijadwalkan semester II 2018," tuturnya.

Pada kesempatan itu, Rini mengisyaratkan agar Telkom segera mencari cara untuk mengakuisisi slot orbit satelit yang saat ini ditinggal atau tidak dikelola baik oleh salah satu operator telekomunikasi swasta.

"Telkom harus secepatnya berkordinasi dengan Kementerian Kominfo dalam mengambilalih slot orbit yang ditinggalkan pemiliknya," ujarnya.


Baca juga: (Menteri BUMN resmikan beroperasinya Satelit Telkom 3S)


Rini merujuk data bahwa kebutuhan transponder satelit di Indonesia sekitar 300 transponder, namun baru terpenuhi sekitar 50 persen yang dilayani operator satelit Telkom dan perusahaan domestik lainnya.

Kementerian BUMN selaku kuasa pemegang saham Telkom, mendorong kemampuan perusahaan untuk meningkatkan daya saing digital dlaam pemerataan literasi di Indonesia.

"Telkom telah membuktikan komitmennya, Hadir Untuk Negeri membantu Pemerintah ikut berupaya mensejahterakan masyarakat tidak hanya di kota besar tetapi hingga pelosok nusantara atau daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Terpencil)," tegasnya.

Sementara itu Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga mengatakan kesiapannya menjadi yang perusahaan satelit terbesar di Asia.

Saat ini katanya, Telkom menempati peringkat kedua terbesar setelah APT Satellite Holding, perusahaan satelit China berbasis di Hong Kong dengan kepemilikan 7 satelit.

"Strategi Telkom untuk meningkatkan kapasitas bisa dilakukan dengan cara menambah jumlah satelit maupun mengakuisisi," ucapnya.

Ia menjelaskan, Telkom pada 15 Februari 2017 sukses meluncurkan Satelit Telkom 3S di Kourou, French Guiana dan saat ini sudah menempati slot orbit 118 derajat Bujur Timur.

Memiliki masa aktif satelit sekitar 15 tahun sejak diluncurkan, satelit Telkom 3S memiliki kapasitas 49 transponder, terdiri atas 24 "transponder C-Band" (24 TPE), delapan "transponder extended C-Band" (12 TPE), dan 10 "transponder Ku-band" (13 TPE) dengan jangkauan seluruh wilayah Indonesia, Asia Tenggara, serta sebagian wilayah Asia Timur.

"Selanjutnya, Telkom bersiap-siap untuk meluncurkan Satelit Telkom 4, yang dijadwalkan pada semester I 2018, di Amerika Serikat," ujar Alex.

Telkom telah menunjuk Space Systems Loral (SSL) dan perusahaan peluncurnya SpaceX dari Amerika Serikat dengan model pengadaan "On Ground Delivery" (OGD).

Pembuatan satelit Telkom 4 dengan investasi sekitar 160.160.160 AS itu, sudah mencapai 58 persen. "Juni 2017 sudah memasuki tahap pemasangan modul telekomunikasinya," kata Alex.

Satelit Telkom 4 akan menggantikan posisi satelit Telkom 1 di slot orbit 108, yang kemungkinan habis masa aktifnya pada 2021.

Satelit Telkom 4 direncanakan membawa 60 transponder, sebanyak 36 transponder akan disewakan untuk kebutuhan domestik, sedangkan sisa 24 transponder akan dipasarkan untuk India.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017