Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengajak para cendekiawan untuk berani dan jujur melihat persoalan ekonomi yang tengah mendera bangsa Indonesia saat ini.

Hal itu disampailan Prabowo saat menjadi pembicara dalam dialog bertajuk "Kepemimpinan Bangsa Yang Bermartabat dan Berkeadilan" yang diselenggarakan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI), di Jakarta, Senin malam.

"Saya mohon cendekiawan punya keberanian dan kejujuran hati, katakan yang benar adalah benar, dan yang salah adalah salah. Berani melihat fakta, jangan tunggu pihak asing mengajarkan kita," kata Prabowo.

Prabowo menjelaskan dirinya bukanlah ahli ekonomi, namun sebagai mantan prajurit militer dirinya dekat dan sudah lama mempelajari pertahanan negara.

Dalam studi pertahanan yang dilakoninya, dia menemukan dua kesimpulan besar, pertama bahwa faktor utama pertahanan negara terletak pada kekuatan ekonomi. Kedua, setiap peperangan selalu bermuara pada perebutan sumber daya alam.

"Amerika Serikat masuk ke Irak katanya untuk membawa demokrasi tapi kenapa dia tidak mikir masuk ke Zimbabwe yang tidak demokratis, itu karena Zimbabwe tidak ada minyak. Saya pelajari perang, saya dapat pencerahan bahwa pertahanan tidak bisa tanpa ekonomi dan ternyata benar," kata Prabowo.

Berbicara tentang perekonomian nasional sebagai landasan pertahanan bangsa, Prabowo menyampaikan bahwa filosofi ekonomi yang dianut bangsa Indonesia selama ini bertentangan dengan Pancasila.

Dia mempertanyakan sekaligus sedih, mengapa ahli ekonomi dan para guru besar tidak mau mengungkap hal tersebut.

"Tapi Alhamdulillah setelah sekian belas tahun akhirnya saya dipanggil tokoh-tokoh FE UI, dan mereka mengakui apa yang saya sampaikan benar. Bahwa ekonomi neoliberal sebuah sistem yang salah," ujar dia.

(T.R028/B015)

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017