Kairo, Mesir (ANTARA News) - Jutaan warga Mesir pada Senin (17/4) merayakan Sham En-Nessim, hari libur nasional untuk memperingati awal musim semi.

Pada Senin pagi, umat Muslim dan Kristen di seluruh negeri tersebut berkumpul di taman umum, pantai, kebun binatang, tempat hijau di luar rumah dan kapal pesiar di Sungai Nil, di tengah pengamanan ketat yang diberlakukan setelah dua pengeboman saat Minggu Palma.

Semua warga Mesir, tak peduli kelas sosial, kepercayaan dan agama mereka, merayakan Sham En-Nessim, yang secara harfiah berarti "mencium angin sepoi-sepoi", sejak 2700 SM, dengan berpiknik dan menyantap makanan laut di taman.

Libur umum selalu jatuh pada hari setelah Paskah dalam kalender Kristen Koptik.

Namun perayaan tahun ini dilakukan satu pekan setelah setelah serangan bunuh diri terhadap dua gereja di Provinsi Delta, Gharbiya dan Iskandariyah, di Mesir Utara, sehingga menewaskan sedikitnya 45 orang dan melukai 120 orang lagi.

"Sifat alamiah rakyat Mesir ialah mencintai dan menikmati kehidupan, tak peduli apa yang terjadi," kata Moustafa Ahmad, sebagaimana dikutip Xinhua.

Ia adalah pengemudi taksi dan sedang menikmati makanan liburannya bersama keluarganya di Taman Azhar, yang terkenal di Ibu Kota Mesir, Kairo.

"Di Mesir, ini adalah hari ketika umat Muslim dan Kristen menggelar perayaan bersama. Kami mengalami demikian banyak kesulitan, kesedihan karena kehilangan orang dalam serangan. Kami akan melewatinya bersama-sama," tambah Ahmad.

"Sham En-Nessim adalah dimulainya kembali kehidupan kami, dan serangan ...takkan menghilangkan kegembiraannya," katanya.

Nama hari libur tersebut diambil dari Shamo, musim panen buat rakyat Mesir kuno, yang berarti hari hidup baru.

Makanan yang dikonsumsi saat Shamo masih dimakan hari ini. Selada dan buncis muda berwarna hijau, yang melambangkan kemunculan kembali kehidupan, menjadi berlimpah selama redanya banjir tahunan terakhir air Sungai Nil.

Setelah memasukkan telur warna-warni, "fesikh" (ikan) dan bawang merah ke dalam tas, Hoda Adel, seorang ibu rumah tangga, membentangkan kain di bawah pohon untuk menghindari sinar Matahari langsung.

"Sham En-Nessim adalah peristiwa khusus saat saya bisa bertemu teman dan kerabat saya, bergembira, makan dan menghirup udara bersih," kata Hoda Adel.

"Teman saya dari masyarakat Koptik akan segera datang bersama keluarganya, jadi kami bisa berbagi makanan bersama. Tak ada yang akan memengaruhi semangat tinggi rakyat Mesir," kata perempuan itu.

"Kita bisa mencium aroma ikan asin di mana-mana. Hari dengan tradisinya adalah bagian dari identitas Mesir," katanya.

Kebun Binatang Giza, yang dibuka untuk umum secara gratis, menerima 83.000 pengunjung pada hari libur nasional tersebut.

Di sepanjang tepi Sungai Nil, polisi yang ditempatkan melakukan pemeriksaan keamanan.

"Saya merasa aman. Polisi ada di manan untuk menjaga agar tidak terjadi pelanggaran," kata Amal Waheeb, guru yang berusia 52 tahun, saat ia berdiri dalam antrian untuk naik kapal pesir bersama putrinya.

Sayed Abdel Galel, yang bekerja di satu toko pakaian, juga mengatakan hari itu membawa kembali kenangan bahagia, saat orang merayakan awal musim semi dan menikmati berkumpul bersama teman dan kerabat.

"Ini adalah bagian dari kenangan kami dan mengembalikan kenangan kepada nenek-moyang kami, dan saya mau menanamkan festival tradisional kuno dalam pikiran anak-anak saya," katanya.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017