Bogota  (ANTARA News) - Sedikitnya 17 orang tewas dan tujuh hilang setelah tanah longsor mengirimkan lumpur dan bebatuan ke kawasan perumahan di Manizales, Kolombia, kata pemerintah, Rabu, terkait tanah longsor mematikan kedua dalam bulan ini  di negara itu.

Hujan lebat baru-baru ini membahayakan penghuni di puluhan kota di provinsi itu, tempat pembangunan darurat di lereng Pegunungan Andes membuat lingkungan sangat rentan terhadap longsor dan banjir.

Tanah longsor di Manizales, ibu kota Provinsi Caldas, yang terkenal dengan kopinya, di bagian barat Bogota, terjadi pascabencana serupa di Mocoa, Putumayo, pada awal bulan ini, yang menewaskan lebih dari 320 orang dan menyebabkan ribuan orang mengungsi.

"Kami membantu untuk menemukan yang hilang ... dan sayangnya, jumlahnya akan terus bertambah," kata Presiden Juan Manuel

Sedikit-dikitnya 57 rumah terkena dampak, kata pemerintah.

Media setempat melaporkan bahwa Manizales diguyur hujan setara rata-rata sebulan curah hujan dalam semalam.

Regu penyelamat dari Palang Merah, pertahanan sipil, petugas pemadam kebakaran dan angkatan bersenjata mencari korban yang lenyap di lumpur dan puing bangunan yang hancur

Layanan air, listrik, dan gas telah ditangguhkan di daerah yang terkena dampak tanah longsor.

"Keadaan di Manizales sangat mengkhawatirkan, jumlah korban jiwa menyedihkan," kata Menteri Transportasi Jorge Eduardo Rojas saat bertemu dengan gubernur provinsi dan wali kota dari kota itu.

Prakiraan cuaca memprediksikan setidaknya akan terjadi dua hari hujan di daerah itu.

Bahkan, di negara ini sering terjadi longsor, dan pada 2015 menewaskan hampir 100 orang.

Longsor paling mematikan di Kolombia, bencana Armero pada 1985, membunuh lebih dari 20.000 orang, demikian Reuters melaporkan..

(Uu.SYS/G003/B002)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017