Kami akan menjadi sangat waspada, terutama dalam kaitannya dengan pemilihan."
Paris (ANTARA News) - Presiden Prancis Francois Hollande menegaskan bahwa semua indikasi dalam serangan kepada polisi di Paris pada Kamis (20/4) terkait dengan teroris, dan pasukan keamanan akan meningkatkan kewaspadaan selama pemilihan umum (pemilu) presiden pada Minggu (23/4).

"Kami akan menjadi sangat waspada, terutama dalam kaitannya dengan pemilihan presiden," kata Hollande, yang tidak lagi mencalonkan diri sebagai Presiden Prancis, di Paris, Jumat (21/4).

Pertemuan darurat pejabat tinggi keamanan, pertahanan dan intelijen juga dilakukan pada hari Jumat, ujarnya, seperti dikutip Reuters.

Menurut laporan sebelumnya, kepolisian dan Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan bahwa satu polisi terbunuh dan dua lainnya terluka dalam penembakan di Paris pusat pada Kamis malam.

Penembakan, yang juga menewaskan penyerang, terjadi di pusat perbelanjaan Champs-Elysees hanya beberapa hari menjelang pelaksanaan pemilihan presiden Prancis.

Seorang saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa seorang pria keluar dari satu mobil di tempat kejadian dan mulai memuntahkan peluru dari senapan mesin.

Seorang sumber di kepolisian mengatakan tembakan juga terjadi di lokasi lainnya di dekat tempat insiden.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan terlalu dini untuk mengatakan motif dibalik penembakan itu. Namun, kementerian menjelaskan bahwa serangan itu sengaja menargetkan polisi.

Kejaksaan Prancis mengatakan bagian kontraterorisme kantor kejaksaan telah mulai melakukan penyelidikan.

Tiga sumber di kalangan kepolisian mengatakan penembakan itu kemungkinan merupakan percobaan perampokan bersenjata.

Kepolisian meminta masyarakat untuk menghindari lokasi kejadian.

Gambar televisi memperlihatkan monumen Arc de Triomphe dan setengah wilayah Champs Elysees dipenuhi kendaraan-kendaraan polisi, sorotan lampu serta personel kepolisian bersenjata berat yang menutup lokasi insiden. Menurut seorang wartawan, saat itu terjadi adu tembak sengit di dekat toko Marks and Spencers.

Kejadian maut itu muncul pada saat para warga Prancis bersiap-siap untuk mendatangi tempat pemungutan suara, Minggu, untuk memilih presiden baru.

Prancis sejak 2015 berada di bawah status darurat dan telah mengalami serentetan serangan oleh kalangan garis keras, yang menewaskan lebih dari 230 orang dalam dua tahun terakhir.

Sebelumnya pada awal pekan ini, dua pria di Marseille ditangkap. Kepolisian mengatakan keduanya telah merencanakan untuk melakukan serangan menjelang pemilihan.

Sementara itu kelompok garis keras ISIS menyatakan bertanggung jawab atas serangan di Paris pusat yang menewaskan satu polisi dan membuat dua lainnya terluka parah, ungkap kantor berita kelompok bersenjata itu, Amaq.

ISIS menyatakan penyerang Paris itu sebagai salah satu tentaranya yang dinamai Abu Yousif, warga negara Belgia.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017