Abidjan (ANTARA News) - Sebuah kelompok yang menyebut dirinya sebagai batalyon Imam Shamil telah mengaku bertanggung jawab atas aksi bom metro di St. Petersburg, Rusia yang menewaskan 16 orang dan mengatakan bahwa aksi bom tersebut dilakukan berdasarkan perintah dari Al Qaeda, menurut kelompok pemantau SITE.

Klaim dari kelompok yang sedikit diketahui itu aslinya diterbitkan oleh kantor berita Mauritania, ANI, yang sering digunakan oleh kelompok pemberontak di Afrika utara dan barat untuk mengeluarkan pernyataan.

Pernyataan yang disiarkan oleh kelompok SITE pada Selasa itu, mengatakan bahwa pelaku bom serangan 3 April di kota terbesar kedua Rusia itu, Akbarzhon Jalilov, telah bertindak berdasarkan perintah dari pemimpin al Qaeda Ayman al-Zawahiri.

"Mengikuti perintah dari Sheikh Ayman al-Zawahiri ...Akbarzhon Jalilov, merupakan salah satu petempur di batalyon Imam Shamil, telah melakukan operasi serangan ... di Kota St. Petersburg, bersamaan dengan kunjungan sang kriminal (Presiden Rusia Vladimir Putin)," menurut pernyataan itu.

Dikatakan bahwa serangan metro tersebut merupakan aksi balas dendam atas kekerasan Rusia terhadap negara-negara muslim, menyebut Suriah dan Libya serta Chechnya.

"Kepada pemerintah Rusia, yang rupanya belum mengambil pelajaran dari kekalahannya di Afghanistan, kami katakan bahwa operasi ini hanyalah permulaan, dan apa yang akan terjadi kemudian akan membuat anda melupakannya, semoga tuhan mengizinkan," demikian bunyi pernyataan itu, menyiratkan akan ada serangan-serangan yang bahkan lebih mematikan lagi terhadap Rusia di masa yang akan datang.

Pasukan Rusia telah melakukan campur tangan dalam konflik di Suriah dengan memberikan dukungan kepada Presiden Bashar al-Assad dan menargetkan petempur pemberontak yang menentang pemimpin Suriah itu. Demikian laporan Reuters.

(KR-AMQ/G003)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017