Jakarta (ANTARA News) - THAAD atau Terminal High-Altitude Area Defense adalah sistem peluru kendali milik Amerika Serikat yang sedang dipasang di Korea Selatan. 

Sistem rudal AS ini membuat China khawatir meski Panglima Komando Pasifik Amerika Serikat, Laksamana Harry Harris, sudah mengatakan THAAD yang dipasang di Korsel adalah "murni sistem pertahanan" dan untuk pertahanan menghadapi Korea Utara, bukan untuk China.

China, lewat pernyataan pers juru bicara kementerian luar negeri, Geng Shuang, menyeru AS dan Korea Selatan untuk menarik THAAD. China khawatir radar THAAD dapat menembus wilayah mereka sekaligus membahayakan keamanan mereka.


THAAD, seperti dijelaskan thediplomat.com, adalah tambahan baru dalam sistem anti-rudal balistik AS alias pencegat rudal musuh.

Sistem rudal THAAD mulai diproduksi tahun 2008. Tugas utamanya adalah memusnahkan rudal balistik musuh pada tahap "terminal" (arti singkatan pada huruf "T").

Jadi, sistem itu menghancurkan rudal musuh yang sedang meluncur turun ke sasaran, bukan ketika baru meluncur naik.

Korea Utara punya rudal jarak menengah maupun jarak jauh SCUD yang memang "incaran" THAAD.

Cara kerja THAAD dirinci oleh Rod Lyon dari National Interest. Secara umum, THAAD sama saja dengan cara kerja rudal pencegat rudal lainnya atau umumnya sistem rudal darat-ke-udara. Jadi, rudal pencegat itu menabrak rudal musuh dan keduanya meledak di udara.

Dalam THAAD, suatu radar antena pemindai elektronik (AESA) mengaktifkan sistem setelah mendeteksi rudal sasaran. Peralatan kendali peluncur THAAD dan sistem pendukungnya kemudian mengindentifikasi, memverifikasi, lalu meluncurkan rudal pencegat.

Rudal pencegat tersebut meluncur dari kendaraan pembawa roket, lalu "menggunakan tenaga kinetik untuk menghancurkan rudal yang datang" , seperti ditulis di manual pabriknya, seperti ditulis Lyon.

Lalu, apa yang dimaksud "High Altitude" pada THAAD? Rudal sistem tersebut dapat mencegat rudal musuh hingga pada ketinggian hingga 93 mil (134 km) dari permukaan bumi. 


Rudal dari THAAD bisa meluncur dengan 8 Mach (8 x kecepatan suara) alias kecepatan kategori hipersonik.

Pabrik pembuat THAAD, Lockheed Martin, saat ini berminat mengembangkan THAAD yang lebih jauh jangkauannya, untuk "menangani" rudal hipersonik WU-14 milik China.

Nah, analisa yang ditulis Ankit Panda dari thediplomat.com adalah, THAAD yang dipasang di Korea Selatan akan mengubah perimbangan kekuatan di wilayah tersebut, karena AS jadi punya sistem peringatan dini yang lebih kuat terhadap rudal antar-benua milik China.


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017