Ini adalah bagian kerja sama ekonomi antar kedua negara, mengingat perdagangan Indonesia dan Filipina, di tengah kelesuan dunia, justru meningkat tajam hingga mencapai 32 persen."
Manila (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo pada Jumat tiba di Manila untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Istana Malacanang sekaligus meresmikan rute baru yang menghubungkan Indonesia timur dengan daerah selatan Filipina, Davao.

"Saya dengan senang hati mengumumkan dibukanya rute kapal baru yang akan menghubungkan Davao, dengan General Santos (di Brunei Darussalam), serta Bitung," kata Jokowi kepada para wartawan usai bertemu dengan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.

Sebelumnya, rute perdagangan laut antara Filipina dengan Indonesia bagian timur bisa memakan waktu enam minggu karena harus melewati Jakarta terlebih dahulu sebelum meneruskan perjalanan ke Bitung.

Padahal, Filipina bagian selatan dan Indonesia timur adalah wilayah yang berbatasan langsung dan hanya dipisahkan oleh Laut Celebes. Rute tersebut bisa memangkas waktu pengiriman menjadi 2,5 hari.

Selain mempercepat pengiriman, rute baru ini juga menghemat lebih dari 70 persen biaya, dari 2.200 dolar AS (untuk rute Manila ke Manado lewat Jakarta) untuk setiap pengiriman 20 kontainer berukuran standar, menjadi 700 dolar AS untuk rute baru.

"Ini adalah bagian kerja sama ekonomi antar kedua negara, mengingat perdagangan Indonesia dan Filipina, di tengah kelesuan dunia, justru meningkat tajam hingga mencapai 32 persen," kata Jokowi.

Untuk melengkapi dibukanya rute baru tersebut, presiden juga ingin memastikan kerja sama keamanan untuk memberantas terorisme serta perompakan--mengingat perairan antara Filipina dan Indonesia adalah salah satu jalur berbahaya di dunia yang dikhawatirkan menjadi "Somalia baru" oleh Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Pandjaitan.

Ada sedikitnya 18 warga negara asal Indonesia dan Malaysia yang diculik di perairan Filipina oleh kelompok Abu Sayyaf.

Rawannya Laut Celebes dari perompak dianggap perlu segera ditangani mengingat rute itu dilewati oleh kapal perdagangan senilai 40 milyar dolar setiap tahunnya. Kapal-kapal itu sebagian besar menghindari selat Malaka yang terlalu sibuk.

Pewarta: Rosa Panggabean dan GM Nur Lintang Muhammad
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017