Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan masih ingat betul detik-detik pencalonan Anies Baswedan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Anies semula sama sekali tak masuk bursa kandidat calon baik Wakil maupun Gubernur DKI Jakarta. Enam partai politik yakni Demokrat, PAN, PKB, PPP, Gerindra dan PKS condong pada sosok lain, Yusril Ihza Mahendra dan Sandiaga Uno.

"Dulu terus terang saudara Anies itu tidak ada yang mau. Ini saya buka rahasianya. Jadi dulu, calon itu Yusril, Sandi, sudah. Dihitung-hitung enggak menang, " tutur Zulkifli di Gedung Parlemen, kemarin. Hingga pukul 24.00 WIB sebelum pendaftaran cagub dan cawagub, keenam partai masih berusaha mencari sosok yang tepat. Nama pengusaha Chairul Tanjung (CT) kemudian mencuat.

"Sampai jam 12 malam sebelum pendaftaran. Maka dicarilah kesepakatan enam partai, Demokrat, PAN, PKB, PPP, Gerindra dan PKS. Akhirnya dicari-cari, coba Chairul tanjung barangkali," tutur Zulkifli.

Namun, CT menolak karena tengah mengalami masalah dalam bisnisnya. Saat itu, nama Anies muncul. Namun belum ada kesepakatan bulat. Tak lama giliran nama Agus Harimurti Yudhyono (AHY) yang terlintas.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyetujui usulan itu asalkan AHY menjadi wakil Sandiaga.

"Ya sudah kalau gitu dicari-cari pak SBY berkembanglah gimana kalau AHY saja. Begitu AHY sudah diputuskan, Pak Prabowo bilang boleh, tapi jadi wakil. Sandi yang gubernurnya karena sandi sudah bekerja lama," papar Zulkifli.

Pasca mengetahui keputusan itu, Sandiaga mengaku setuju asalkan dipertemukan dengan Prabowo dan SBY.

"Nah saya tau kalau Pak Prabowo, Pak SBY bertemu mesti ada jaminan 5 tahun selesai. Sudah putus AHY. Jam 12 malam sampai jam 1 pagi itu ada intervensinya Pak Jusuf Kalla," kata Zulkifli.

"Pak JK lah yang meyakinkan sehingga berubahlah. Tetapi di sini sudah kadung mau mengumumkan Pak Agus dan Sylvi. Jam 2 pagi di sana (PKS dan Gerindra) memutuskan akhirnya Anies diambil, Sandi jadi wakil," sambung dia.

Kendati enam partai akhirnya mengusung calon berbeda, yakni Gerindra dan PKS mengusung Anies-Sandi sementara empat lainnya, Demokrat, PPP, PKB dan PAN mendukung AHY-Sylvi, namun semua sepakat ingin gubernur dan wakil gubernur yang membawa perubahan bagi Jakarta.

"Tapi kesepakatan mana yang menang karena kita ingin perubahan Jakarta. Jadi sepakat kita mesti ada gubernur baru. Jadi kalau kita menang yang sana gabung, kalau sana menang kita yang gabung. Janji laki-laki," papar Zulkifli.

Karena calon yang diusungnya kalah di putaran pertama, sesuai janji, PAN bersama beberapa partai lainnya akhirnya merabat ke kubu Anies-Sandi.

"Pendek kata kan kalah kami, karena kalah saya datang dong ke SBY. Gimana? Kita dulu kan janji kalau kalah gabung ke sana (Anies-Sandi)," tutur Zulkifli.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017