Surakarta (ANTARA News) - Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy mengingatkan masyarakat tidak terpancing informasi bohong (hoax) yang banyak beredar di media sosial dengan tujuan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

"Kita harus bisa menyaring informasi yang masuk secara hati-hati. Karena apa yang kita kenal dengan hoax atau informasi palsu diedarkan dengan tiga tujuan," kata Romahurmuziy dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Surakarta, Sabtu.

Di depan ratusan santri Pondok Pesantren Al Fala Ploso Kediri, Jawa Timur, Jumat (5/5), Romi menjelaskan tujuan menyebarkan informasi palsu adalah pertama sekedar menciptakan dan menebarkan permusuhan di kalangan masyarakat karena ada komponen anak bangsa yang hidup dari menebar permusuhan seperti memancing di air keruh.

Tujuan kedua, menurut dia, menyebarkan informasi palsu hanya untuk mencari uang karena akan untung ketika menebar informasi "hoax".

"Jadi ibaratnya menebarkan berita baik, upahnya tidak sama dengan menyebarkan berita buruk," ujarnya.

Romi menilai tujuan ketiga adalah menciptakan ketidakstabilan di Indonesia yaitu agar paham-paham yang ada di dalam negeri saling menyalahkan dan ujungnya pertengkaran sesama anak bangsa.

Dia mengingatkan perang yang terjadi di Suriah berawal dari perdebatan di antara kelompok lalu berkembang menjadi perang saudara, sehingga hal itu jangan sampai terjadi di Indonesia.

"Ini dimulai dari perdebatan kelompok-kelompok, berkembang menjadi menjadi peperangan. Syiria menjadi negara yang paling banyak di bom dalam sejarah," katanya.

Menurut dia, kemajuan teknologi yang saat ini dicerminkan dengan semakin mudahnya masyarakat berkomunikasi, adanya internet yang masuk ke pondok pesantren ke seluruh lembaga pendidikan baik formal, maupun informal ternyata tidak menebarkan silaturrahmi, tapi justru menebarkan kebencian.

Akibatnya, menurut dia, masyarakat bukan menebarkan silaturahmi, tetapi justru malah menebarkan kebencian dan hal itu terjadi bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di seluruh Dunia.

"Apa yang hanya 10 disampaikan 100, apa yang harusnya 100 disampaikan 10, ini hasil dari apa yang diinformasikan kesana kemari melalui media sosial apakah itu Facebook, Twitter, Instagram, atau media sosial lainnya, ujarnya.

Karena itu Romi menilai, Indonesia dihadapkan kepada keharusan untuk memastikan semuanya dipelajari dan dibaca sehari-hari dalam menyaring informasi yang masuk melalui media sosial.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017