pendatang baru di Nusantara, pelajari dulu apa yang sudah eksis di Nusantara, supaya bisa hidup bareng-bareng
Borobudur, Jawa Tengah (ANTARA News) - Candi Borobudur di Kabupaten Magelang adalah bukti nyata umat Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia hidup berdampingan dalam keragaman dengan umat beragama lain, kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Marsudi Syuhud.

"Itu Candi Borobudur membuktikan bahwa umat Islam Indonesia, Nusantara, adalah hidup dengan seluruh umat beragama lainnya, dengan masing-masing budayanya," katanya dalam konferensi pers dengan para tokoh lintas agama pada "Borobudur International Conference 2017" di Borobudur, Sabtu.

Ia mengemukakan pentingnya pengelolaan hidup bersama dalam keragaman yang antara lain berwujud dalam perbedaan pendapat antara pihak yang satu dengan yang lain.

Dia memastikan Nahdlatul Ulama sebagai bagian dari pendiri bangsa akan terus menerus merawat semangat Bhineka Tunggal Ika. "Bhineka Tunggal Ika adalah fakta pemberian Tuhan, fakta banyak umat," tegas Marsudi.

Dia mengungkapkan alasan konflik atau perang antarumat, antarumat seagama, dan perang di negara-negara Timur Tengah dari dulu sampai sekarang tidak kunjung selesai.

"Karena ingin memaksakan kehendak. Maka pendatang baru di Nusantara, pelajari dulu apa yang sudah eksis di Nusantara, supaya bisa hidup bareng-bareng," kata Marsudi.

Sedangkan Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya menyebut Candi Borobudur sebagai bukti bagaimana peradaban dibangun olen nenek moyang bangsa Indonesia.

"Itu menjadi inspirasi bagaimana memperkuat persatuan bangsa dengan saling asah, asih, dan asuh. Menjaga harmoni, menjaga Pancasila," kata Wisnu.

Rohaniwan Katolik Romo Franz Magnis Suseno menyebut "Borobudur International Conference" yang pada 2017 sebagai penyelenggaraan tahun kedua, salah satu kegiatan untuk menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia hidup dalam kebersamaan.

"Sekarang kita terancam oleh fundamentalisme, tidak hanya agama, tetapi macam-macam, termasuk gerakan politik penuh kebencian. Agama-agama mesti bersama untuk menolak segala kebencian dan kekerasan, bersama-sama memperjuangkan perdamaian," kata Romo Magniz.

Ia menilai keragaman dan perbedaan  rahmat bagi umat manusia, sedangkan kekuatan penyembuhan harus bisa dirasakan setiap orang sebagai kekuatan positif.

Lain halnya dengan Kepala Sangha Theravada Indonesia Biksu Sri Pannyavaro Mahathera yang menyebut Candi Borobudur menginspirasi kedamaian dan keharmonisan.

"Keberadaan Borobudur di Tanah Air ini dijaga dengan baik dan bermanfaat untuk masyarakat dunia. Itu wujud nyata harmoni dan toleransi. Borobudur memberi manfaat besar kepada berbagai bidang, pariwisata, ekonomi, budaya, dan lain-lain," katanya.


Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017