London, Inggris (ANTARA News) - Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi menerima penghargaan untuk kebebasan dari Kota London pada Senin (8/5) di Guildhall, sementara sekelompok kecil demonstran memprotes perlakuan terhadap minoritas muslim Rohingya di luar.

Penghargaan tersebut merupakan pengakuan atas "perjuangan tanpa kekerasan dia selama bertahun-tahun demi demokrasi dan dedikasinya yang teguh untuk menciptakan masyarakat tempat orang bisa hidup dalam perdamaian, keamanan dan kebebasan" menurut pernyataan pemerintah Kota London.

Suu Kyi, penerima Hadiah Nobel Perdamaian, sedang melakukan lawatan ke Eropa dan sudah mengunjungi Belgia, Italia dan Vatikan.

Pada Senin, sekitar 40 demonstran menggelar aksi protes di luar Guildhall, membawa spanduk dengan tulisan yang berarti "Bebaskan Semua Tahanan Politik di Birma" dan "Tolong Hentikan Pembakaran Militer di Desa-Desa Rohingya."

Mereka meneriakkan "Suu Kyi berbohong; warga Rohingya sekarat" dan mengatakan bahwa orang-orang yang dulu mendukungnya kini menentangnya.

"Kami yakin dia akan menjadi jawara hak asasi manusia tapi dia terlibat dengan...junta yang membunuh orang-orang Rohingya tak berdosa" kata salah satu pembicara.

Suu Kyi bertemu dengan Ratu Elizabeth II dan putra mahkota Pangeran Charles pada Jumat.

Pekan lalu dia menolak keputusan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyelidiki tuduhan kejahatan pasukan keamanan Myanmar terhadap Rohingya.

Myanmar dijadwalkan menggelar perundingan damai bulan ini untuk mengakhiri perang etnis puluhan tahun yang meningkat sejak partai Suu Kyi berkuasa setahun lalu, demikian menurut warta kantor berita AFP.(mu) 


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017