Smelter itu wajib, pasti jalan. Lokasinya di mana? Itu kita serahkan sepenuhnya kepada Freeport."
Timika (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan menegaskan pabrik smelter yang dibangun oleh PT Freeport Indonesia tidak harus berlokasi di Timika, Papua.

"Tidak harus di Papua, lebih khusus di Timika. Mengingat ini besar, maka sebaiknya harus jauh dari lingkungan masyarakat sehingga kalau ada polusi dan lainnya tidak sampai mengganggu kehidupan masyarakat," katanya di Timika, Rabu.

Smelter adalah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam, seperti timah, nikel, tembaga, emas dan perak hingga mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir.

Jonan menegaskan bahwa semua perusahaan pertambangan, termasuk Freeport wajib membangun industri smelter atau pemurnian bahan tambang dalam negeri.

Hanya saja, menurut dia, pemerintah sepenuhnya menyerahkan keputusan itu kepada PT Freeport sendiri di mana smelternya dibangun, .

"Smelter itu wajib, pasti jalan. Lokasinya di mana? Itu kita serahkan sepenuhnya kepada Freeport," ujarnya.

Ia mengemukakan saat ini pemerintah bersama PT Freeport baru memulai proses negosiasi yang akan menentukan keberlanjutan operasi pertambangan perusahaan itu di Papua dalam jangka panjang.

Kontrak pertambangan PT Freeport  berupa Kontrak Karya Tahap II yang ditandatangani tahun 1991 oleh Presiden Soeharto akan berakhir pada 2021.

Jonan berada di Papua saat transit di Bandara Mozes Kilangin Timika dalam penerbangan dari Jayapura menuju Jakarta.

Ia mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan empat proyek kelistrikan Papua, Maluku  dan Maluku Utara yang dipusatkan di Holtekam, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Selasa (9/5).

Pada saat bersamaan, Presiden Jokowi juga meletakkan batu pertama pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Jayapura berkapasitas 50 Mega Watt (MW).

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017