Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak menguat sebesar delapan poin menjadi Rp13.344, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.352 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa mata uang dolar AS cenderung mengalami pelemahan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah seiring dengan aksi ambil untung.

"Dolar AS yang telah mengalami tren penguatan dalam beberapa hari terakhir ini telah memicu pelaku pasar melakukan aksi ambil untung," katanya.

Ia menambahkan bahwa sentimen mengenai langkah Presiden AS Donald Trump yang memecat Direktur Biro Penyelidikan Federal (FBI) James Comey juga turut berdampak negatif bagi pergerakan dolar AS, karena dapat membuat situasi politik kurang stabil.

"Beberapa hari terakhir ini, dolar AS diperdagangkan lebih tinggi terhadap mayoritas mata uang utama dunia, didorong oleh meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve siap untuk menaikkan suku bunga acuan di bulan Juni. Usai pemecatan Direktur FBI, dolar AS mengalami tekanan," katanya.

Pemecatan itu, ia mengemukakan bahwa dilakukan di saat FBI sedang melakukan investigasi dugaan intervensi Rusia dalam Pemilihan Presiden AS yang dimenangi oleh Donald Trump.

Sementara itu, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan bahwa rupiah menguat seiring dengan adanya penjagaan dari Bank Indonesia terhadap rupiah menyusul harga komoditas dunia yang cenderung mengalami pelemahan.

"Kemungkinan Bank Indonesia menjaga rupiah sehingga membuka potensi penguatan," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.355 dibandingkan hari sebelumnya (Selasa, 9/5) Rp13.317 per dolar AS.

(T.KR-ZMF/J003)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017