Ambon (ANTARA News) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah meluncurkan aplikasi Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang merupakan perluasan Sistem Informasi Debitur (SID), yang dibangun sebagai sarana pertukaran informasi pembiayaan atau perkreditan antarlembaga di bidang keuangan.

Kepala OJK Provinsi Maluku, Bambang Hermanto, di Ambon, Jumat, mengatakan lahirnya SLIK dapat membantu peningkatan jumlah penyediaan dana dan mampu mengendalikan pertumbuhan kredit bermasalah.

"SLIK merupakan salah satu bentuk infrastruktur keuangan yang sangat penting untuk dapat memperluas akses kredit atau pembiayaan dan menyediakan informasi untuk kreditur yang dapat membantu menurunkan tingkat risiko kredit bermasalah," kata Bambang.

Menurut dia, SLIK dibangun dengan mengakomodir kebutuhan industri, kebutuhan OJK dan kebutuhan lembaga lain. OJK senantiasa terus melakukan inovasi seiring dengan perkembangan yang terdapat pada industri jasa keuangan.

Melalui SLIK, lembaga di bidang keuangan akan menyampaikan laporan debitur secara lengkap, akurat, terkini, utuh dan tepat waktu sehingga diharapkan kualitas informasi debitur dapat tetap terjaga.

Lebih lanjut, Bambang mengatakan SLIK akan menerima pelaporan data debitur, fasilitas penyediaan dana, data agunan dan data terkait lainnya dari berbagai jenis lembaga keuangan serta dibutuhkan oleh lembaga keuangan, masyarakat, lembaga pengelolaan informasi perkreditan (LPIP) dan pihak-pihak lain.

"Informasi Debitur dapat diakses untuk kebutuhan penyediaan fasilitas kredit, pengelolaan manajemen risiko dan dalam rangka pemenuhan peraturan OJK," katanya.

Menurut dia, secara nasional proses pelaporan SLIK akan dilakukan secara parallerun bersama dengan pelaporan SID untuk periode bulan Maret-November 2017. Untuk selanjutnya, pada 1 Januari 2018, SLIK akan sepenuhnya menggantikan peran SID yang dikelola Bank Indonesia.

"Jumlah debitur yang akan dilaporkan ke dalam SLIK sebesar 96,4 juta debitur dan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah pelapor SLIK," ungkapnya.

Lebih lanjut diungkapkan, jumlah SLIK yang akan menjadi pelapor SLIK pada April 2017 berjumlah 1.626 yang terdiri dari Bank Umum, BPR dengan aset lebih dari Rp10 miliar, penyelenggara kartu kredit selain bank dan pelapor sukarela SID.

"Jumlah pelapor tersebut akan meningkat mengingat cakupan pelapor wajib pada SLIK akan lebih luas dengan menambahkan LJK seperti BPR dan lembaga pembiyaan dengan aset di bawah Rp10 miliar dan pergadaian.

Bambang mengungkapkan, proyeksi secara nasional pada 31 Desember 2018 pelopor SLIK meningkat menjadi 2.142 pelapor dibandingkan pada 2017 sebanyak 1.672 pelapor.

Kemudian pada tahun 2022, pelapor SLIK diproyeksikan juga akan kembali meningkat seiring dengan timbulnya kewajiban pada perusahaan pergadaian, perusahaan infrastruktur yang akan menjadi pelapor dalam aplikasi SLIK.

Sedangkan Lembaga Keuangan Mikro, Peer to peer lending, sertalembaga lain di luar SLIK seperti koperasi Simpan Pinjam dapat menjadi pelapor SLIK apabila telah memenuhi syarat dan mendapat persetujuan oleh OJK.

"Pembangunan dilakukan melalui proses analisis dan perancangan yang komprehensif dengan tahapan pengujian aplikasi yang dilakukan dengan melibatkan beberapa pelaku industri keuangan untuk menjamin kualitas SLIK," katanya.

(T.KR-JA/B008)

Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017