“Sebagian besar kariernya, Bapak habiskan untuk mengabdi kepada negara"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memandang mantan Menperin yang juga ayahandanya Ir  Hartarto Sastrosoenarto sebagai panutan karena mampu berkinerja gemilang selama mengabdi pada negara.






“Sebagian besar kariernya, Bapak habiskan untuk mengabdi kepada negara," ujarnya di Jakarta Senin.





Sang ayah adalah menghabiskan waktu meniti karier di pemerintahan, antara lain di  Departemen Perindustrian, mulai dari kepala subdit, direktur, dirjen, sampai menjadi menteri.





"Pernah juga (almarhum Hartarto) menjabat dua kali Menko," kata Airlangga dalam keterangan tertulis.


 

Pada kesempatan mewakili keluarga, Airlangga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan perhatian, doa, serta dukungan bagi almarhum ayahandanya dan keluarga.




“Semoga Allah SWT membalas budi baik bapak dan ibu semuanya,” tuturnya.

 

Turut hadir untuk mendoakan almarhum di kediaman, antara lain Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan wakilnya Boediono. Terlihat juga Pengusaha Aburizal Bakrie serta Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani.

 

Selain itu, hadir pendiri Medco Energi Internasional Arifin Panigoro. Menurutnya, Almarhum Hartarto merupakan rekan yang sangat baik saat sama-sama di Bandung.




"Beliau suka mengumpulkan kami (untuk) reuni, orangnya senang bergaul dan yang luar biasa adalah beliau punya suara bagus. Tentu kami  kehilangan sosok beliau," kenangnya.

 

Mantan Menteri Perhubungan Kabinet Gotong Royong, Agum Gumelar menyampaikan, sebagai bangsa semua orang merasa kehilangan Almarhum Hartarto karena merupakan salah satu tokoh terbaik Indonesia. ”Saya turut berduka dan saya pengagum perjalanan kehidupan beliau,” ungkapnya.




Mantan Menteri Perindustrian pada masa orde baru, Ir. Hartarto Sastrosoenarto meninggal dunia pada usia 84 tahun di Rumah Sakit Siloam, Jakarta, Minggu, 14 Mei 2017. 




Pria kelahiran 30 Mei 1932 di Klaten, Jawa Tengah ini dinilai telah berjasa mendorong kesuksesan pembangunan industri di Indonesia dengan kemampuan bangsa sendiri.

 

Hartarto mulai menggeluti dunia industri sejak dekade 1960-an. Berawal menjadi Koordinator Teknik Proyek Perluasan Pabrik Kertas Leces hingga menjabat sebagai direktur. Pada periode 1964-1965, sempat menjadi Direktur Badan Pimpinan Umum (BPU) Pulp dan Kertas. Selanjutnya, menjabat posisi Asisten I Kopel PN Industri Kimia.

 

Pada 1968, dia dipercaya menjadi Kepala Dinas Produksi pada Ditjen Perindustrian Kimia, Departemen Perindustrian. Karier ini sebagai awal mulanya duduk di bangku pemerintahan. 




Pada 1973, pria bersuara bariton ini ditarik menjadi Direktur Pembinaan pada Ditjen Pembinaan Industri Kimia. Dua tahun berikutnya, diangkat menjadi Direktur Industri Silikat. Kariernya makin melejit saat menjabat sebagai Dirjen Industri Kimia pada 1979 sampai kemudian diangkat menjadi Menteri Perindustrian pada 1983.

 

Sebagai menteri, penerima lima gelar doktor honoris causa yang selama 40 tahun bekerja di lingkungan pemerintah ini sangat menentang ekspor bahan mentah dan mendesak agar Indonesia hanya boleh mengekspor hasil olahan. 




Hal ini didasarkan dengan pengalaman saat zaman kolonial, VOC memiskinkan Indonesia dengan mengekspor bahan mentah.

 

Selain menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Kabinet Pembangunan V (1988-1993), Hartarto juga pernah mengabdi sebagai Menteri Koordinator Bidang Produksi dan Distribusi (Menko Prodis) pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998) dan Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara (Menko Wasbangpan) pada Kabinet Pembangunan VII (1998-1999).

 

Hartarto memulai pendidikan sarjananya di Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung (sekarang ITB) pada 1952-1955 hingga tingkat III yang kemudian dilanjutkan BSc of Honours di jurusan Teknik Kimia University of New South Wales pada 1955-1959.

Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2017